A. Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
1. Shoulder Complex
Soulder complex
terdiri dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai
fungsi dan struktur pembentuk yang berbeda.
1. Glenohumeral Joint
Merupakan ball
and socet joint (sendi putar) yang
dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk concave menghadap ke lateral serong
ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk konveks.Gerak fisiologis
fleksi-ekstensi dengan ROM fleksi 1800
dan ekstensi 600 dengan stetch
end feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi
abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic harder end feel, gerak
arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal rotasi
dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan elastic end feel, gerak
arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi eksternal rotasi
dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel, gerak
arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi
dan adduksi dalam bidang transversal ROM 1100 dan 300 dengan elastic end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi dan dorsal translasi.Seluruh
komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic traksi dengan arah lateral
sedikit serong ventrocranial.Capsular pattern adalah keterbatasan gerak sendi
sebagai pemendekan seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM eksternal rotasi
< abduksi < internal rotasi.
2. Suprahumeral (joint)
Bukan
merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah antara acromion pada bagian
atas dan head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator
cuff muscle yang terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m.
Infraspinatus dan tendon biceps caput longum.Pada saat abduksi-elevasi terjadi
benturan anatara head of humerus dengan acromion, kemudian diantisipasi dengan
eksternal rotasi humerus dan atau scapular abduksi.
3. Acromioclavicular joint.
Merupakan
plane joint dimana acromion konkav
menghadap ke medial dan clavicula konveks, dimana dalm klinis gerakan
yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan protaksi-retraksi. Karena yang
bergerak acromion yang merupakan permukaan konkav maka gerak arthrokinematicnya
mengikuti gerak osteokinematic tersebut yaitu saat elevasi terjadi translasi
acromion ke cranial dan saat depresi terjadi translasi acromion ke
caudal.Demikian pula saat protaksi terjadi translasi acromion ke ventral dan
saat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal.Gerak arthrokinematic traksi
selalu kearah lateral searah acromion ditarik.
4. Sternoclavicular Joint
Merupakan jenis
sendi saddle joint dimana clavicula konkav kearah anteroposterior dan konveks kearah
craniocaudal. Gerak fisiologis dalam klinis seperti AC joint sesuai gerak
osteokinematicnya.Gerak osteokinematicnya saat elevasi-depresi terdapat unsur
arthrokinematicnya caudal translasi-cranial translasi dan saat
protaksi-retraksi terdapat unsur arthrokinematic ventral-dorsal translasi.Gerak
arthrokinematic traksi selalu searah dengan tarikan sepanjang axis clavicula.
5. Scapulothoracal (joint)
Bukan
merupakan sendi sebenarnya, tetapi merupakan pertemuan antara scapula dengan
dinding thorak yang dibatasi oleh scapular dengan otot serratus anterior dan
dipertahankan oleh otot middle dan lower
trapezius dan rhomboideus major-minor.Otot serratus anterior dan levator
scapula serta bersama AC joint merupakan
tempat bertumpunya ekstremitas atas terhadap tubuh.Gerakan yang terjadi apada
scapulothoracal adalah elevasi-depresi sesuai dengan translasinya dan
abdusi-adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya
adalah gerak scapula menjayh terhadap dinding thorak
6. Intervertebral Joint
Sendi
intervertebral yang ikut terlibat dalam cervikal bawah (C6-7-Th1) dan thoracal
atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak bahu fleksi atau abduksi penuh terjadi
rotasi kearah ipsilateral dal lateral fleksi jug kontralateral.
7. Costovertebral (transversal) Joint
Costa 1-2-3-4
secara bertahap mengikuti gerak lengan seperti pada intervertebral joint dengan
winging dan rotasi
Stabilitas sendi
glenohumeral sebagian besar tergantung pada struktur jaringan disekitarnya.
Persendian scapulohumeral dikelilingi dan diperkuat oleh 3 lapisan yang berbeda
dan yang satu berada didalam lainnya (tumpah tindih) kapsul sendi, rotator cuff dan bursa
subacromial- subdeltoidea.
a) Bursa subacromia-subeltoidea
Berada diluar
rotator cuff sebagai lapisan ke 3 tipis dan jaringan lunak yang melapisi bagian
permukaan anterior pada sendi glenohumeral.Sendi glenohumeral terdapat bursa
subacromial yang berada dibawah tulang processus acromion dan bursa
subdeltoidea yang berada dibawah otot deltoid. Burasa subacromia-subeltoidea
secara actual merupakan satu struktur dengan dua nama namun kedua bursa
tersebut dijadikan satu.
b) Ligamenta Coracoacromial
Coracoacromial
terdiri dari acromion , coracoid dan difiksasi secara angular oleh ligamenta
coracoacromial, lengkung coracoacromial merupakan atap untuk sendi
glenohumeral.
c) Otot-otot Sendi Bahu
·
M.
supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan berinsertio dibagian
tuberculum majus, otot ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan
capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi oleh n. Suprascapularis
C4-C6.
·
M.
infraspinatus berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian
posterior dari tuberositas mayor, otot ini memperkuat capsula abrticularis
sendi bahu. Fungsi utamanya adalah eksternal rotasi lengan, dipersarafi oleh n.
Suprascapularis C4-C6.
·
·
M.
subcsapularis mempunyai origo pada fossa subscapularis dan berinsertio pada
tuberculum minor, berfungsi sebagai rotasi edial lengan atas, dipersarafi oleh
n. Suprascapularis C5-C8.
·
M.
teres minor berorigo pada bagian pinggir lateral scapula inferior berjalan
kepermukaan inferior dari tuberositas major.Berfungsi sebagai rotasi lateralis
lengan, dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C5-C6
·
Keempat
otot diatas merupakan kesatuan otot otot rotator cuff yang hampir menempti bagian dalam antara
caput humeri dan processus acromialis. Rotator cuff membungkus caput humeri dan
memfiksasi caput humeri dalam glenoid
·
M.
deltoideus dibagi atas tiga bagian yaitu pars clavicularis, pars acromialis dan
pars spinalis. Pars clavicularis berasal dari sepertiga lateral clavicula, pars
acromialis berasal dari acromion dan pars spinalis berasal dari pinggir bawah spina scapula. Ketiga bagian
ini melekat pada tuberositas subdeltoidea, yang berfungsi sebagai abductor
sendi bahu dan dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C4-C6.
·
M.
ters mayor berorigo pada margo lateralis scpula dekat angulus inferior,
berinsertio pada crista tuberculi minoris. Fungsi utamanya adalah retroversi
lengan atas kearah garis tengah. Otot ini juga membantu gerakan adduksi dan
dipersarafi oleh n. Thoracodorsalis C6-C7.
·
M.
latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang berorigo pada processus
spinosus sacrum, lumbal dan thorakal bawah (dibawah thorakal 6) dan pada
ligamen supraspinal melalui fascia thoracolumbalis, crista iliaca dan bagian
bawah costae ke 3 atau 4 dan berinsertio disulcus intertubercularis humeri.
Persarafan oleh n. Thoracodorsalis C6-C8.
·
M.
coracobrachialis berasal dari pocessus coracoideus bersama sama dengan caput
brevis m. biceps brachii. Otot ini
berinsertio pada fascies medialis humeri. Otot ini melakukan anteversi
lengan atas dan juga mempertahankan caput humeri pada lekuk sendi, dipersarafi
oleh n. Musculocutaneus C6-C7.
·
M.
pectoralis minor adalah otot bahu yang tidak berinsertio pada tulang tulang
anggota badan atas, yang berfungsi menurunkan dan rotasi scapula. Dipersarafi
oleh n. Pectoralis medialis C6-C8.
·
M.
pectoralis major merupakan otot yang kuat berfungsi sebagai adduksi dan diperasrafi
oleh n. Pectoralis lateralis dan medialis C5-Th1.
·
Tendon
biceps caput longum yang melintang sendi
bahu dan dibungkus oleh selubung synovial yang terbentang sepanjang sulcus
intertubercularis humeri.
2. Definisi
Tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum merupakan kondisi yang disebabkan oleh trauma
yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi
akan mempercepat terjadinya injury.
Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan
abduksi dan fleksi shoulder.
3. Gambaran
Klinis
a. Tendinitis Supraspinatus
- Adanya nyeri tekan
- Nyeri menjalar dari acromion sampai
insertio deltoid
- Painful arc saat melakukan gerak abduksi 600-1200 , yang merupakan gambaran klasik
bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus
- Gerak shoulder atau arm full (tapi
ada painful arc)
- Resisted abduksi pada out range
kadang nyeri
b. Tendinitis
Biceps Caput Longum
- Nyeri pada bagian depan caput humeri
- Fleksi lengan secara aktif maupun pasif
dapat memprovokasi nyeri
4. Patologi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis
biceps caput longum dapat terjadi karena
kecelakaan (contoh jatuh pada sisi bahu), latihan yang berlebihan (contoh
aerobic) atau minor stresses oleh trauma yang berulang meskipun ringan tapi
dalam waktu relatif lama.Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh kerusakan
akibat gesekan atau penekanan yang berulang dan berkepanjangan oleh tendon
biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon otot supraspinatus dan
tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk
oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan
ligamen coracoacromial serta acromion sebagai atapnya. Cidera teringan adalah
jenis gesekan yang dapat menyebabkan reaksi radang lokal atau
tendinitis.Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai
impingiment yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan
kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia
fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon biceps caput longum yang
terletak bersebelahan dengan supraspinatus juga dapat terlibat dansering robekPada
pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi
diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous
dan peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.
A. Asuhan fisioterapi pada Penderita Tendinitis
Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
Untuk menentukan
problem pada penderita Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum terlebih dahulu kita harus
melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan fisioterapi yang terdiri atas
1. Assesment
a. Anamnesa
Anamnesa
adalah metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien
maupun pada keluarga pasien.Anamnesa umum mencakup identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit, serta tindakan medis yang pernah dilakukan sedangkan
anamnesis khusus yaitu mengenai jenis, ketepatan waktu dan durasi nyeri; lokasi
dan distribusi nyeri; provokasi sikap posisi dan gerak yang menimbulkan
nyeri.Pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum biasanya pasien mengeluh nyeri saat melakukan gerakan dan ketika
melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan membuka BRA.
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan
untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan
suhu.
2) Pemeriksaan Khusus
a). Inspeksi
Meliputi
pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan
fungsinya.Inspeksi dimulai saat pertama pasien masuk ruangan.
b). Palpasi
Palpasi
adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan
membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri.Dilakukan untuk
mengetahui temperatur, oedem, spasme, dan lain sebagainya.
c). Pemeriksaan fungsi gerak dasar
Dalam hal ini
meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif. Pada pasien tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum umumnya ditemukan adanya rasa
nyeri dan keterbatasan gerak
d). ROM
Diperiksa
seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang dicapai.Pemeriksaan ROM dilakukan
dengan menggunakan goniometer.
2. Problem Fisioterapi
Asuhan
pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita tendinitis supraspinatus
dan tendinitis biceps caput longum dilakukan secara bertahap sesuai dengan
problem yang ditemukan pada saat dilakukan assessment.
- Adanya rasa nyeri
- Keterbatasan gerak abduksi dan fleksi
shoulder
- Spasme otot upper trapezius dan
rotator cuff.
- Gangguan aktivitas fungsional.
3. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa
fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari
proses pemikiran klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat
mencakup gangguan/ kelemahan, limitasi fungsi, ketidakmampuan dalam melakukan
aktivitas fungsional sehari hari, sindroma
4. Perencanaan
Harus
ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan
berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.
Perencanaan
jangka pendek penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum meliputi pengurangan rasa nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan
jangka panjang yaitu untuk mengembalikan aktifitas fungsional pasien.
5. Intervensi Fisioterapi
Intervensi
diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan
dapat termsauk penanganan secara manual, peningkatan gerakkan, peralatan
mekanis, pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan Bantu.
Adapun berbagai
intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan pada penderita tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
a. MWD (Microwave Diathermy)
Adalah suatu
aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikrodlm bentuk radiasi
elektromagnetik yang akan di konversi dalam bentuk panas, dengan frekuansi 2456
MHz dan 915 MHz, dengan panjang gelombang 12,25.
Kontra indikasi
- Adanya logam TBC,
DM
- Alat elektromagnetik Gangguan
sensibilitas
- Gangguan pembuluh darah Kemahilan
- Pakaian nylon CA
- Jaringan yang banyak cairan Saat menstruasi
- Gangguan sensibilitas
Indikasi
- Selektif pemanasan otot
- Jaringan kolagen, spasme otot, nodus
myofibrositik
- Efektif untuk sendi IP, MCP dan
pergelangan tangan
- Kelaian tulang, sendi, otot (RA, OA,
spasme)
- Kelainan saraf perifer
Tujuan
- Relaksasi otot
- Melancarkan sirkulasi darah
- Perbaikan sistem metabolisme
- Mengurangi proses kontraktur jaringan
- Perbaikan konduktifitas jaringan
syaraf
b. TENS (Transelectrical Nerve Stimulation)
TENS
merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk mengurangi nyeri dengan
merangsang system saraf melalui permukaan kulit dan terbukti secara efektif
untuk merangsang berbagai tipe nyeri karena mampu menstimulasi baik syaraf
berdiameter kecil yaitu A gamma dan tipe C mapun berdiameter besar yaitu A
alpha dan A betha. Aktifnya syaraf berdiameter besar ini akan mempermudah
interneuron pada substansia gelatinosa untuk menghalangi input syaraf yang
berdiameter kecil ke sel-sel transmisi melalui inhibisi pre-sinaps, sehingga
nyeri dihambat oleh stimulasi elektrik dengan menutup gerbang bagi input nyeri.
c. US (Ultrasound)
Pengertian
Adalah
terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi > 20.000
Hz.
Indikasi
- kondisi/ penyakit pada otot (spasme),
tulang, sendi
- oedema
- RA
- Gangguan neurologis, : neuropati, HNP
- Jaringan parut
- Kontraindikasi
- Adanya gangguan sensibilitas
- Adanya protese
- Post laminektomi
Tujuan
- Meningkatkan sirkulasi darah
- Relaksasi otot
- Pengurangan rasa nyeri
- Peningkatan kemampuan regenerasi
jaringan.
d. Massage dan friction
Massage adalah
upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat (vibrator).
Indikasi
- Kondisi sehabis trauma atau segabis
operasi sub akut dan kronik pada sistem muskuloskeletal.
- Kondisi kekakuan sendi serta
pengerasan, ketegangan, perlengketan dan pemendekan jariangan otot dan jaringan
lunak yang lain.
- Kondisi keluhan nyeri, penekanan atau
penyempitan urat saraf
- Kondisi kurang lancarnya peredaran
darah dan limfe
Kontraindikasi
- Kondisi peradangan akut, trauma dan
sehabis operasi yang masih baru
- Kulit yang terkuak
- Kondisi cidera sistem muskuloskeletal
(fractur, ruptur) belum direposisi dn pulih secara baik dan kuat.
- Penderita panas tinggi
Tujuan
- Meningkatkan arus pengembalian cairan
venous dan atau lymphatic
- Memperoleh penurunan tonus atau
spasme otot
- Peregangan otot,tendon, ligamen
- Melepaskan perlekatan fibrous
- Merangsang kontraksi otot
Massage
dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada tendon
supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh
sedangkan pada tendon biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus
bicipitalis. Dengan adanya efek mekanik yang dihasilkan dari transvere friction
maka akan merangsang serabut afferen Aδ dan C yang akan memicu pelepasan sistem
analgesik endogen sehingga akan terjadi modulasi nyeri pada level supraspinal
sehingga nyeri akan menurun. Adanya vasodilatasi akibat aplikasi transvere
friction maka akan meningkatkan aliran darah yang mengalami kerusakan sehingga
akan membersihkan area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses
radang, menghilangkan jaringan fibrous, melemaskan dan melepaskan perlengketan
pada jaringan lunak sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedative efek yang
menurunkan nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi juga akan meningkatkan
transportasi endogenous opiate sehingga dari proses ini akan menghasilkan
penurunan nyeri.Aplikasi transvere friction massage akan membantu menyesuaikan
serabut kolagen ke arah linear dan akan membebaskan serabut afferen Aδ dan C
yang terjebak akibat tekanan jaringan fibrous sehingga nyeri dapat berkurang.
Deep transvere friction cukup efektif untuk digunakan untuk menghilangkan
jaringan ikat dan cross link pada tendon m. supraspinatus dengan tehnik tekanan
kearah melintang dari serabut m. supraspinatus yaitu lateral-medial, maka akan
memprovokasi timbulnya inflamasi baru yang steril.
Karena inflamasi
merupakan bagian penting dari healing proses maka dicoba untuk meningkatkan
inflamasi ke tahap dimana proses inflamasi telah sempurna dan dapat
ditingkatkan ketahap selanjutnya dari healing proses, dengan demikian setelah
proses penyembuhan selesai maka hasil yang diharapkan adalah nyeri pada kasus
tendinitis supraspinatus kronik dapat berkurang
d. Joint Mobilization
Osteokinematik
adalah gerakan yang terjadi pada tulang.Pada glenohumeral joint mempunyai 3
derajat kebebasan gerak yaitu fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi,
internal-eksternal rotasi. Gerak fisiologis dari fleksi dan ekstensi merupakan
gerak osteokinematik rotasi spin dalam
bidang sagital dengan ROM fleksi 1800 ekstensi 600 dengan elastic end feel.
Gerak fisiologis abduksi merupakan gerak osteokinematik pendular abduksi dalam
bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic end feel.Gerak fisiologis internal
rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal
dengan ROM 700 dan elastic end feel. Gerak fisiologis eksternal rotasi memiliki
gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan
elastic end feel.Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan
sendi, pada glenohumeral joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi
terjadi karena rool slide caput humeri pada fossa glenoidalis. Gerak
arthrokinematik dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa caudal
translasi, internal rotasi berupa dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa
ventral translasi.Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak
lurus dan menjauhi bidang terapi serta terjadi peregangan permukaan sendi yang
arahnya lateral serong ventrocranial. Pada saat translasi glenohumeral kecaudal
akan terajdi peregangan permukan sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak
abduksi
f. Contrax rilex and stretching Tiga
Dimensi
Contrax rilex and stretching tiga
dimensi merupakan kontraksi isometrik dengan resisten pada otot yang mengalami
keterbatasan (antagonis) yang diikuti dengan rileksasi dan gerakan untuk
meningkatkan jarak gerak dengan tujuan untuk menngkatkan passive ROM yang
menggunakan prinsip PNF untuk melatih grup otot dengan prinsip tahanan maksimal,
stretch dan patron diagonal. Stretching adalah suatu bentuk terapi yang
dilakukan untuk memanjangkan otot yang patologis berupa pemendekan otot yang
menghambat jarak gerakan sendi yang normal.Ada dua jenis bentuk terapi
stretching yang digunakan yaitu passive stretching dan active inhibisi. Namun
dalam makalah ini tehnik yang akan digunakan yaitu passive stretching. Passieve
stretching 3 dimensi digunakan bila pasien dalam keadaan rileks dengan
menggunakan kekuatan dari luar dari fisioterapis yang diaplikasikan secara
manual atau dengan menggunakan alat-alat mekanik untuk mengulur jaringan lunak
yang mangalami pemendekan.
Indikasi
- Keterbatasan jarak gerak sendi akibat
kontraktur, perlekatan dan pembentukan jaringan parut y mengarah pada
pemendekan otot.
- Keterbatasan yang mengarah pada
kelainan struktural sgb tindakan pencegahan.
- Kontraktur yang berhubungan dengan
aktifitas fungsional sehari-hari.
- Pada kelemahan otot di satu sisi dan
ketegangan disisi lain.
Tujuan Contract
rilex and stretching 3 dimensi
- Meningkatkan pasif ROM
- Mengurangi nyeri
- Mengulur otot-otot yang memendek
g. Terapi
latihan
Latihan
isotonik adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot dengan adanya perubahan
panjang otot.
Fungsi latihan
isotonik :
- Meningkatkan kekuatan
- Memelihara sistem sirkulasi
- Mengulur jaringan perlengketan sendi
- Merileksasi otot
- Memelihara nitrisi pada sinovial
sendi menjadi lebih baik
6. Home Program
Home
program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis supraspinatus dan
tendinitis biceps caput longum antara
lain
- Menghindari aktivitas yang
memperberat keluhan.
- Melakukan latiahn latihan secara
mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh fisioterapi.
7. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah
diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien
ataukah harus diubah.Meliputi analisa dan sintesa.
terima kasih atas infonya mbak maulida. boleh saya belajar lebih banyak ttg fisioterapi?
BalasHapus