Sabtu, 11 Februari 2017
Sprain Ankle
DEFINISI
Sprain ankle adalah kondisi terjadinya penguluran dan kerobekan pada ligamentum lateral compleks. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/ tanah, dimana umumnya terjad pada permukaan lantai/ tanah yang tidak rata.
ETIOLOGI
Penyebab sprain meliputi :
Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.
FAKTOR RESIKO
Kelemahan otot, terutama otot-otot di sekitar sendi pergelangan kaki(muscle weakness).
Lemah atau longgarnya ligamen-ligamen yang berada pada sendi ankle, sering diakibatkan karena cedera ankle yang berulang.
Fleksibilitas yang buruk.
Kurang melakukan pemanasan dan peregangan saat sebelum berolahraga.
Keseimbangan yang buruk.
Permukaan lapangan olahraga yang tidak rata
Sepatu atau alas kaki yang tidak tepat.
PATOFISIOLOGI
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.
V. MEKANISME CEDERA ANKLE
· Inversion (lateral) ankle sprain : Merupakan mekanisme cedera ankle yang paling sering terjadi, mengenai ligamen sebelah luar dari sendi ankle (ligamen talofibular).
· Eversion (medial) ankle sprain : Cedera ankle yang jarang terjadi, mengenai ligamen bagian dalam ankle (ligamen deltoid)
· High ankle sprain : Cedera ankle yang mengenai ligamen yang menghubungkan antara tulang tibia dan tulang fibula. Biasanya terjadi dari sebuah gerakan memutar secara tiba-tiba, merubah arah gerakan secara tiba-tiba dan biasanya akibat kontak langsung.
DERAJAT
· Derajat I sprain ankle
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
· Sedangkan derajat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligament yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamen yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
· Derajat III
Pada cedera ini seluruh ligamen putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi:
· Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
· Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
· Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
· Perubahan warna kulit akibat masuknya darah ke dalam jaringan sekitarnya.
BIOMEKANIKA DAN KINESIOLOGI DARI GERAKAN SMASH BOLA VOLI
Cara melakukan smash yang baik memerlukan beberapa tahapan atau langkah, yaitu :
1. Awalan – Run up (lari menghampiri)
2. Tolakan (tumpuan) – Take off (lepas landas)
3. Pukulan – Hit (memukul saat melayang di udara)
4. Pendaratan – Landing (mendarat)
Tahap pertama : Awalan – Run up (lari menghampiri bola) Salah satu kaki berada di depan, untuk menumpu dan sebagai persiapan untuk melompat ke arah vertical, Salah satu lengan di ayun ke atas sebatas rotasi shoulder, Kaki ditekuk sehingga knee membentuk sudut kurang lebih 1100 , lalu siap untuk meloncat dengan beban bertumpu pada kaki bagian depan.
Gerak yang terjadi adalah gerak fleksi tungkai bawah (fleksi genu) dengan prime mover “hamstring”, lalu gerak dorsofleksi yang melibatkan tibialis anterior untuk persiapan menolak.
Otot Mobilisasi : Hamstring, m.tibialis anterior
Otot Stabilisasi : m. tibialis posterior, m.quadriceps
Tolakan Dan Loncatan- Take off (lepas landas)
Tahap menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai bawah (ekstensi genu) yang melibatkan otot quadricep femoris dan gerakan plantar flexi yang melibatkan otot gastrocnemius. Sambil meloncat kedua lengan diayunkan ke depan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas (anteflexi) pada sendi bahu yang bersifat globoidea (sendi peluru) dengan melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis
Otot Mobilisasi : m. quadriceps, m. femoris, m. gastrocnemius, m.deltoidea, m. pecctoralis major, m. biceps brachii, m. coracobrachialis
Otot Stabilisasi : m. tibialis anterior, m. hamstring,
Memukul Bola – Hit (memukul saat melayang di udara
Pergelangan tangan aktif menghentak ke depan dengan telapak tangan dan jari menutup bola yang merupakan gerak fleksi pergelangan tangan dengan melibatkan otot flexor carpi radialis dan otot flexor pollicis longus pada sendi pergelangan tangan yang bersifat ellipsoidea (sendi bujur telur).
Setelah perkenaan dengan bola, lengan pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan (gerak retrofleksi) yang melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major, dan otot lactisimus dorsi, dengan diikuti gerak tubuh membungkuk (gerak fleksi trunk) yang melibatkan otot abdominis dan otot pectineus. Gerakn lecutan lengan, telapak tangan, togok, tangan yang tidak memukul, dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada di udara. Pukulan yang benar akan menghasilkan jalannya bola yang keras dan cepat menurun ke tanah dengan putaran yang cepat ke arah depan (top spin).
Saat memukul, otot yang terlibat langsung adalah kelompok bahu seperti deltoid, trapezius dan triceps serta otot lengan bagian bawah.
Otot Mobilisasi : m. flexor carpi radialis dan flexor policis longus, m. latissimus dorsi, m. abdominis, m. trapezius, m. destoideus, m. triceps brachii.
Otot Stabilisasi : m. biceps brachii, levator scapulae.
Pendaratan – Landing (mendarat)
Gerakan selanjutnya setelah memukul bola di atas net adalah mendarat dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut (gerak fleksi tungkai bawah) yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilakukan dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong ke depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk memperkecil momentum hingga menjadi nol (berhenti bergerak) untuk mencegah cedera dalam bentuk kerusakan sendi.
Otot Mobilisasi : m. hamstring, m. pectineus, m. abdominis
Otot Stabilisasi : m. quadriceps, m. tibialis anterior.
ANALISA KASUS
· Judul Kasus : Sport Injury saat landing dari gerakan Smash Bola Voli.
· Sumber : Video Youtube
· Analisa Kasus menurut Kelompok Kami:
Pemain Voli tersebut melakukan gerakan Smash dimana posisi pemain saat landing adalah :
1. Ketika landing kaki ekstensi,
2. Kaki terbuka dengan sangat lebar,
3. Posisi badan yang sejajar atau lurus dengan tungkai.
4. Pemain Mendarat dengan telapak kaki bagian lateral.
5. Pemain mendarat dengan kaki kanan terlebih dahulu.
Dari posisi/sikap tubuh pemain diatas menunjukan adanya kesalahan saat landing. Menurut biomekanika tubuh saat melakukan gerakan landing yang baik dan benar adalah mendarat dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut (gerak fleksi tungkai bawah) yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilakukan dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong ke depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk memperkecil momentum hingga menjadi nol (berhenti bergerak) untuk mencegah cedera dalam bentuk kerusakan sendi.
· Hipotesa Kasus
Dari video tersebut kami menganalisis bagaimana cidera tersebut dapat terjadi dan menganalisa bagian/ sisi mana yang telah mengalami cidera. Dari Pergerakan pemain tersebut kami berpendapat bahwa pemain mengalami Sprain Ankle. Sprain Ankle pada pemain terjadi karena pemain landing dengan telapak kaki lateral bagian kanan yang menyentuh lantai terlebih dahulu. Sehingga adanya stretch pada ligament bagian luar dan adanya Kompresi pada ligament bagian dalam.
X. PENANGANAN FISIOTERAPI
1. Ultrasound
a. Persiapan alat : Persiapkan tranducer dan gel yang ingin diberikan.
b. Persiapan pasien: Bersihkan dari benda-benda yang menghalangi area terapi, lepaskan baju dan jauhkan hp agar tidak terkena radiasi.
c. Posisi : Pasien tidur miring ke kiki, terapis berdiri disamping pasien.
d. Penerapan : Sinarkan langsung pada area yang nyeri yaitu pada area lateral ankle dextra. dengan intensity 3Mhz dan intensity 1,5 w/cm.
2. Terapi Latihan : Posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis berdiri disamping pasien. Kemudian memberikan aba-aba kepada pasien, gerakan plantar fleksi, dorsi fleksi, inverse,eversi dan sirkumduksi masing-masing 8x hitungan.
3. Stretching
Posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis berdiri disamping pasien. Digerakan dorsi fleksi pada ankle kemudian ditahan 8x hitunggan, kemudian rileks kemudian diulangi 4x pengulangan. Hip pasien diangkat keposisi fleksi secara maksimal, kemudian ditahan 8x hitungan .Streching digunakan untuk mengulur ischiadicus
4. RICE
Rest : hentikan semua aktivitas yang dapat menimbulkan nyeri
Ice : pemberian ice pada 48-72 jam pertama setiap 3-4 jam selama 15-20 menit dapat mengurangi pendarahan, bengkak dan nyeri
Compression : elastic bandage dililitkan sekitar ankle dengan penekanan yang cukup dapat menurunkan bengkak.
Elevation : tinggikan posisi ankle hingga lebih tinggi dari posisi jantung untuk mengurangi pembengkakan .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar