Pemulihan Tulang |
A. BONE
HEALING
Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur
karena kecelakaan, akan mengalami proses penyembuhan/Reparasi dari system
musculoskeletal untuk mengembalikan integritas skeletalnya. Yang bertanggung
terhadap fraktur healing adalah Debridement,Stabilisasi, dan Remodeling. tulang
dapat mengalami proses penyembuhan dengan tahap sebagai berikut :
1. Fase inflamasi - Hematoma
Fase ini terjadi segera setelah tulang mengalami fraktur
dan akan berakhir dalam beberapa hari. Ketika terjadi fraktur, terjadi
perdarahan yang akan memicu reaksi inflamasi yangditandai dengan hangat dan
pembengkakan. Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam. Inflamasi meliputi
1)pemanggilan sel inflamasi (makrofag, PMN) yang mensekresikan enzim lisosom
untuk mencerna jaringan mati dan memanggil sel pluripoiten serta fibroblast
oleh mekanisme prostaglandin dan 2) pembekuan darah di lokasi fraktur yang
bernama Hematoma. Suplai oksigen dan nutrisi diperoleh dari tulang dan otot
yang tidak terluka. Hal ini diperlukan untuk stabilisasi struktural awal dan
sebagai fondasi untuk membentuk tulang baru. Fase ini merupakan fase paling
kritis. Penggunaan obat antiinflamasi dan sitotoksik pada satu minggu awal akan
mengganggu reaksi inflamasi dan menghambat penyembuhan tulang. Kelainan
medikasi juga dapat mengganggu fase ini.
2. Fase perbaikan (bone production)
Fase ini diawali ketika jaringan bekuan darah hasil
inflamasi digantikan dengan perlahan dengan jaringan fibrosa yang mensekresikan
bahan osteoid yang perlahan termineralisasi dan juga bahan tulang rawan yang
dinamakan “soft callus”. Pembentukan “soft callus” ini berlangsung kira-kira
4-6 minggu. Pada fase ini juga terdapat pembentukan pembuluh darah baru
dan dihambat oleh nikotin. Selama proses penyembuhan, “soft callus” akan
digantikan dengan “hard callus” yang berisi tulang lamellar yang mana dapat
dilihat dengan sinar X. Fase pembentukan “hard callus” memerlukan waktu 3
bulan, dan fiksasi diperlukan untuk mendukung dan mempercepat osifikasi.
3. Konsolidasi : kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. fraktur teraba
telah menyatu. Secara bertahap menjadi tulang mature. Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan.
4. Fase remodelling
Tahap akhir ini memakan waktu
beberapa bulan dan diperankan oleh osteoklas. Dalam fase ini,
Kalus yang berlebihan di sekitar fragmen-fragmen
tersebut menghilang sehingga terbentuk tulang normal atau mendekati bentuk
normal. Dan juga aliran darah di area juga kembali. Ketika remodeling
sudah adekuat (kekuatan tulang akan diperoleh kira-kira 3-6 bulan), weightbearing seperti berjalan dapat mendukung remodeling lebih lanjut.
SKEMA
BONE HEALING
1. Pembentukan
hematoma pada fraktur
Banyak pembuluh darah yang rusak (tissue
damage) karena fraktur
↓
Banyak sel-sel tulang yang mati atau cellular
debris
↓
Swelling dan inflamasi
↓
Blood clot pada daerah yang fraktur
(terbentuk 6-8 jam setelah injury)
↓
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
2. Pembentukan
kalus fibrokartilago
Infiltrasi dari kapiler-kapiler darah
yang baru ke dalam fracture hematoma
↓
Membantu mengaktifkan pertumbuhan
jaringan ikat Procallus
↓
Invasi pada procallus oleh fibroblast
(menghasilkan collagen fiber menyambung tulang yang patah) dan osteogenic cell
(berkembang dalam chondroblast dalam daerah avascular pada jaringan tulang
yang sehat, asal terbentuknya fibrocartilage)
↓
Procallus dirubah menjadi
fibrocartilaginous callus pada daerah yang fracture (waktu 3 minggu)
3. Pembentukan
kalus tulang
Vascularisasi yang rusak sudah
tertutup dengan baik pada jaringan tulang
sehat
↓
Osteogenic
cell berkembang menjadi osteoblast
↓
Terbentuk
spongy bone trabeculae
↓
Bony callus (3-4 bulan)
4. Remodeling
Bagian-bagian
atau jaringan yang mati dari fragment-fragment tulang secara berangsur-angsurdiresorpsi oleh osteoclast
↓
Spongy bone à dirubah menjadi
compact bone pada daerah yang fracture
↓
Replace secondary bone
WAKTU YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYEMBUHAN-PROGNOSIS
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang
sangat bergantung pada lokasi fraktur juga umur pasien. Rata-rata masa
penyembuhan fraktur:
Lokasi Fraktur
|
Masa Penyembuhan
|
Lokasi Fraktur
|
Masa Penyembuhan
|
1.
Pergelangan tangan
|
3-4 minggu
|
7. Kaki
|
3-4 minggu
|
2.
Fibula
|
4-6 minggu
|
8.
Metatarsal
|
5-6 minggu
|
3. Tibia
|
4-6 minggu
|
9.
Metakarpal
|
3-4 minggu
|
4.
Pergelangan kaki
|
5-8 minggu
|
10. Hairline
|
2-4 minggu
|
5.
Tulang rusuk
|
4-5 minggu
|
11. Jari
tangan
|
2-3 minggu
|
6. Jones fracture
|
3-5 minggu
|
12. Jari
kaki
|
2-4 minggu
|
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa
(4-6 minggu), lansia (> 8 minggu)
B. Healing Otot
Otot tidak dapat
regenerasi. Tapi faal otot tidak berkurang adanya hipertrofi, sebagai
kompensasi jaringan otot sisa. Karena sifat ini luka pada otot harus dijahit
yang baik.
Serat otot yang telah matur kehilangan kemampuannya untuk melakukan pembelahan sel, sehingga reaksi yang terjadi saat otot mengalami kelainan maupun cedera terbatas pada: atrofi, hipertrofi, nekrosis, kontraktur, dan regenerasi. Ketika terjadi cedera, otot rangka memiliki mekanisme pemulihan yang diperantarai oleh sel punca khusus yaitu sel satelit. Adapun tahapan regenerasinya antara lain: inflamasi, aktivasi dan diferensiasi sel satelit, dan maturasi.
Serat otot yang telah matur kehilangan kemampuannya untuk melakukan pembelahan sel, sehingga reaksi yang terjadi saat otot mengalami kelainan maupun cedera terbatas pada: atrofi, hipertrofi, nekrosis, kontraktur, dan regenerasi. Ketika terjadi cedera, otot rangka memiliki mekanisme pemulihan yang diperantarai oleh sel punca khusus yaitu sel satelit. Adapun tahapan regenerasinya antara lain: inflamasi, aktivasi dan diferensiasi sel satelit, dan maturasi.
1.
Inflamasi ; Dalam fase ini, makrofag
bersama dengan neutrofil menjalankan fungsinya sebagai fagosit yang memakan
debris nekrotik. Namun ternyata, makrofag juga dapat menginisiasi regenerasi
otot dengan ekspresi CD163+ antiinflamasi.
2.
Aktivasi dan diferensiasi sel
satelit: Sel satelit merupakan sel punca khusus yang terletak di basal lamina
serat otot yang bertanggung jawab untuk regenerasi otot. Ia mampu
berproliferasi dan menyatu dengan serat otot sehingga bertanggung jawab pula
dalam kompensiasi hipertrofi. Penelitian eksperimental yang dilakukan dengan
mencangkokkan satu miofibril beserta dengan sel satelitnya, dapat menghasilkan
lebih dari 100 miofibril baru dengan ribuan inti. Sekitar dua hari setelah
cedera terjadi, sel satelit mengalami proliferasi yang dipacu oleh berbagai
sinyal, Proliferasi ini menghasilkan dua jenis sel yaitu sel punca baru yang
belum berdiferensiasi, dan prekursor miogenik yang akan menjadi serat otot.
Untuk menjadi serat otot yang fungsional, terjadi berbagai proses ekspresi gen
yang sangat kompleks dan harus tepat pada waktunya.
3.
Maturasi : Fase ini merupakan
penutup dari regenerasi otot. Apabila berlangsung dengan baik maka otot akan
dapat berfungsi normal kembali.
Adapun faktor krusial yang mempengaruhi regenerasi otot adalah kondisi dari basal lamina serat otot di mana terdapat sel satelit. Jika basal lamina masih utuh, sel satelit dan miotube dapat berproliferasi dan menyatu untuk membentuk serat otot normal dalam waktu yang singkat.
Adapun faktor krusial yang mempengaruhi regenerasi otot adalah kondisi dari basal lamina serat otot di mana terdapat sel satelit. Jika basal lamina masih utuh, sel satelit dan miotube dapat berproliferasi dan menyatu untuk membentuk serat otot normal dalam waktu yang singkat.
C. Healing Ligament
D.
Healing
Tendon
Tendon yang putus tak
akan dapat berfungsi lagi. Agar tetap berfungsi perlu disambung kembali dengan teknik
khusus.
Penyembuhan
tendon alami masih dalam perdebatan, yakni :
·
Ekstrinsik : Teori terbaru
mengatakan bahwa selaput fibroblast bertanggung jawab terhaap adhesi
peritendinosa, dan tendon menyembuh dengan cara ini.
·
Intrinsik : Tendon terendam dalam cairan
sinovial ditemukan sembuh secara memuaskan. Kebutuhan akan kolagen didapat dari
tenosit.
Proses
Penyembuhan pada Rekonstruksi Tendon
·
Fase inflamasi:
Setelah penjahitan tendon, respon inflamasi merangsang pembentukan jaring
fibrin dan migrasi makrofag serta sel inflamasi lainnya ke lokasi perbaikan.
Sel-sel ini kemudian melepaskan faktor pertumbuhan dan faktor kemotaktik. Dalam
2 cm sekitar perbaikan, sel-sel dalam epitenon berproliferasi dan bermigrasi ke
lokasi perbaikan. Regangan pada fase ini sama dengan regangan pada
rekonstruksi.Fase inflamasi berlangsung 0 – 14 hari.
·
Fase reparasi:
berlangsung sekitar 28 hari (minggu ke 2 – 6) setelah fase inflamasi. Fase ini
ditandai secara primer oleh pembentukan kolagen terus menerus, yang membentuk
pembungkus dinamis pada tempat perbaikan. Neovaskularisasi terjadi dari sumber
intrinsik dan ekstrinsik.
·
Fase remodelling
: yang ditandai oleh remodelling kolagen dan penurunan kecepatan proliferasi
sel. Peningkatan regangan tendon dilaporkan konsisten dengan struktur kolagen
fibrin remodelling dan revaskularisasi. Fase ini berlangsung setelah minggu
ke-6.
E.
Healing Kulit
Terdapat dua jenis pemulihan kulit berdasarkan kedalaman
kerusakan yang terjadi. Apabila kerusakan berada di level epidermis seperti
misalnya terjadi abrasi atau luka bakar minor, maka sel basal dari lapisan
epidermis akan berproliferasi untuk menutup luka tersebut. Penyembuhan luka
yang sampai ke level dermis membutuhkan proses yang lebih kompleks. Di samping
itu, kemungkinan munculnya jaringan parut juga lebih besar, sehingga sulit
untuk benar-benar kembali seperti semula. Adapun fase dalam penyembuhan luka
dalam, antara lain: inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi.
·
Inflamasi, merupakan respon yang
pertama terjadi setelah terjadi luka. Pada fase ini, terbentuk bekuan darah
pada luka dan tentunya terjadi inflamasi, berupa vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah. Dengan adanya resepon vaskular tersebut,
sel leukosit fagositik dapat menembus dan memfagosit mikroba yang ada. Di
samping sel leukosit, sel mesenkim yang akan berkembang menjadi fibroblas juga
datang.
·
Migrasi, pada fase ini darah yang
membeku berubah menjadi keropeng dan sel epitel bermigrasi di bawahnya sehingga
menutup luka itu di sebelah dalam keropeng. Selama proses ini juga, fibroblas
yang berasal dari sel mesenkim mulai untuk menghasilkan serat kolagen dan
glikoprotein. Kedua substansi tersebut seringkali disebut sebagai jaringan
parut atau scar. Sementara itu, pembuluh darah yang mengalami kerusakan juga
mulai tumbuh kembali di fase ini.
·
Proliferasi, merupakan kelanjutan
dari fase migrasi. Pada fase ini, pertumbuhan epitel di bawah keropeng dan juga
pembuluh darah berlanjut. Serat kolagen yang diproduksi oleh fibroblas mulai
terdeposisi dengan pola tidak beraturan.
·
Maturasi, adalah fase terakhir di
mana keropeng lepas ketika epidermis telah kembali ke ketebalan normalnya.
Serat kolagen mulai terorganisir, jumlah fibroblas menurun, dan pembuluh darah
kembali normal.
F. Healing fascia
:
Akan mengalami penyembuhan alami yang normal. Luka pada fasia akan mengalami penyembuhan alami yang
normal. Hematom dan eksudasi yang terjadi akan diganti dengan jaringan ikat.
Bila otot tebal, kuat, dan luka robeknya tidak akan sembuh betul dengan atau
tanpa dijahit, mungkin akan tertinggal defek yang mengalami herniasi otot.
G.
Healing
pembuluh darah
Proses penyembuhan luka pada pembuluh darah bergantung pada
besarnya luka, derasnya arus darah yang keluar, dan kemampuan tamponade
jaringan sekitarnya. Pada pembuluh yang luka, serat elastin pada dinding
pembuluh akan mengerut dan otot polosnya berkontraksi. Bila kerutan ini lebih
kuat daripada arus darah yang keluar, luka akan menutup dan perdarahan
berhenti. Bila sempat terbentuk gumpalan darah yang menyumbat luka, permukaan
dalam gumpalan perlahan-lahan akan dilapisi endotel dan mengalami organisasi
menjadi jaringan ikat. Bila hematom sangat besar karena arus darah yang keluar
kuat, bagian tengah akan tetap cair karena turbulensi arus, sedangkan dinding
dalamnya perlahan-lahan akan dilapisi endotel sehingga terjadi aneurisma palsu. Bila
pembuluh sampai putus, ujung potongan akan mengalami retraksi dan kontraksi akibat adanya serat elastin dan otot dinding.
H.
Healing
Jaringan Saraf
Bila saraf putus maka akson distal akan degenerasi. Sel saraf
dipusat dalam 24-48 jam akan tumbuh akson baru kedistal dengan kecepatan
rata-rata 1 mm perhari. Akson dapat tumbuh baik sampai keorgan akhir bila dalam
pertumbuhannya ditemukan selubung myelin yang utuh. Dengan bedah mikro epi dan
perineurium dapat dijahit dengan baik, maka penyambungan saraf yang putus akan
memberi hasil yang baik. Bila
jaringan saraf mengalami trauma, sel saraf yang rusak tidak akan pulih karena
sel saraf tidak bermitosis sehingga tidak memiliki daya regenerasi. Tempat sel
yang rusak akan digantikan oleh jaringan ikat khusus yang terdiri atau sel glia
dan membentuk jaringan yang disebut gliosis.
I.
Healing
Serabut saraf
Trauma pada saraf dapat berupa trauma yang memutus saraf
atau trauma tumpul yang menyebabkan tekanan atau tarikan pada saraf. Penekanan
akan menimbulkan kontusio serabut saraf dengan kerangka yang umumnya masih
utuh, sedangkan tarikan mungkin menyebabkan putusnya serabut kedua ujung
terpisah jauh.
Bila
akson terputus, bagian distal akan mengalami degenerasi Waller karena akson
merupakan perpanjangan sel saraf di ganglion atau di tanduk depan sumsum tulang
belakang. Akson yang putus meninggalkan selubung myelin kosong yang lama
kelamaan kolaps atau terisi fibroblast. Sel saraf dipusat setelah 24 – 48 jam
akan menumbuhkan akson baru ke distal dengan kecepatan kira-kira 1 mm per hari.
Akson ini dapat tumbuh baik sampai ke ujungnya di organ akhir bila dalam
pertumbuhannya menemukan selubung myelin yang utuh. Dalam selubung inilah akson
tumbuh ke distal. Bila dalam pertumbuhannya akson tidak menemukan selubung yang
kosong, pertumbuhannya tidak maju, dan akan membentuk tumor atau gumpalan yang
terdiri atas akson yang tergulung. Ini disebut neuroma. Tentu saja tidak setiap
akson akan menemukan selubung myelin yang masih kosong dan yang sesuai,
terutama kalau saraf tersebut merupakan campuran sensoris dan motoris. Kalau
selubung myelin sudah dimasuki akson yang salah, akson yang benar tidak mungkin
menemukan selubung lagi.
Mengingat
syarat proses penyembuhan jaringan khusus akson ini, lesi tekan dengan kerangka
yang relative lebih utuh memberikan prognosis lebih baik daripada lesi tarik
yang merusak pembuluh darah nutrisi. Melalui bedah mikro, ujung setiap
fasikulus yang terputus dipertemukan, kemudian saraf yang terputus itu
disambung dengan menjahit epi- dan perineuriumnya. Upaya ini memberikan hasil
yang lebih baik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYEMBUHAN
1. Faktor sistemik
·
v Umur: anak-anak lebih cepat sembuh
daripada orang dewasa
·
v Nutrisi: nutrisi yang tidak adekuat akan
enghambat proses penyembuhan
·
v Kesehatan umum: penyakit sistemik
seperti diabetes dapat menghambat penyembuhan
·
v Aterosklerosis: mengurangi penyembuhan
·
v Hormonal: GF mendukung penyembuhan,
kortikosteroid menghambat penyembuhan
·
v Obat: obat antiinflamasi non-steroid
(ibuprofen) mengurangi healing
·
v Rokok : kandungan nikotin pada
rokok menghambat penyembuhan di fase perbaikan
2. Faktor lokal
· Derajat trauma lokal: fraktur yang
kompleks dan merusak jaringan lunak sekitarnya lebih sulit sembuh
· Area tulang yang terkena: bagian
metafisis lebih cepat sembuh daripada bagian diafisis
· Tulang abnoemal (tumor, terkena radiasi,
infeksi) lebih lambat sembuh
· Derajat imobilisasi: pergerakan yang
banyak dapat menghambat penyembuhan,weighbearing dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar