A.
Definisi
Penyakit Parkinson
Penyakit
Parkinson pertama kali diuraikan dalam
sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris,
pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa
penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki
karakteristik yang khas yakni tremor,
kekakuan, dan gangguan dalam cara berjalan.
Parkinson’s
Disease
(Penyakit Parkinson)merupakan suatu penyakit karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Parkinson’s Disease adalah penyakit
neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini
mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik
substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang
terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy
Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pada daerah otak lain
termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipotalamus,
korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, serta sistem saraf otonom.
B. Klasifikasi
Parkinsonism dapat dibagi
atas 3 bagian besar, yaitu :
a. Primer atau
idiopatik : Penyakit Parkinson, Juvenile Parkinsonism
b. Sekunder atau
simtomatik : berhubungan dengan infeksi, obat, toksin, penyakit vaskuler,
trauma, dan tumor otak.
c. Parkinson
plus (disebut juga sebagai paraparkinson) :progressive supranuclear palsy, degenerasi
kortikobasal ganglionik, kelainan herediter seperti penyakit Wilson, penyakit
Huntington, dan lain-lain.
C. Etiologi
Etiologi
Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya
ialah; infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang
belum diketahui, serta terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.11
Parkinson
disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu terjadi belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:11
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada
usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan
dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang
berperan pada Parkinson’s Disease.
Yaitu mutasi pada gen sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada
pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal
resesif, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di
kromosom. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.15
Adanya riwayat Parkinson’s
Disease pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita Parkinson’s Disease sebesar 8,8 kali
pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun.
Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme
tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit,
belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun
demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh
klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena
kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat
dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih
banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus
influenza intra-utero diduga turut menjadi faktor predesposisi Parkinson’s Disease melalui kerusakan
substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia
nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan
kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan
neuronal pada Parkinson’s Disease.
Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio
serebral bisa menyebabkan Parkinson’s
Disease, meski mekanismenya masih belum jelas benar.
f. Stres dan depresi
Beberapa penelitian
menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stres
dihubungkan dengan Parkinson’s Disease
karena pada stres dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.
D.Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai
mekanisme degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal
bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat
merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid
dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah
kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini
gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera
pada proses neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya
ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam
melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi
informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan.
Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan,
sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi
seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan
ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia
basalis (kaudatus, putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak
(substansia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan
sistem motorik dapat dibagi sebagai berikut :
1)
Piramidal:
kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang
abnormal
2)
Ekstrapiramidal:
didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3)
Serebelar:
ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai nistagmus
4)
Neuromuskuler:
kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon yang menurun
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson
sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan
dengan defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi
sel-sel neuron yang meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya
substansia nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus
pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan
ganglia otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi
didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara
50% - 85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan
pada nukleus ganglia basalis antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini
merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan
berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen
(berkurang sampai 90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin
berkurang 43% di lokus sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus
posterior. Serotonin berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di
lobus frontalis dan 30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis.
Selain itu juga terjadi pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin,
leu-enkephalin, substansi P dan bombesin.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptida
menyebabkan perubahan neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana
perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward,
mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam
proses reward dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa
abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan mengurangi
keefektifan mekanisme reward dan
menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan
pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku
terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi dan
dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya
keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol
diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat
bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan harga diri.
Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas akan
menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Sistem serotonergik berperan
dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan
seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan
nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya kemampuan konsentrasi.
Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di atas merupakan gambaran
dari sindrom klasik depresi.
Diagram Patofisiologi Depresi
pada Penyakit Parkinson
Kehilangan neuron batang otak akibat penyakit
Parkinson
↓
Deplesi biokimiawi korteksdan ganglia basalis
↓
Penurunan reward
mediation, ketergantungan
terhadap lingkungan, dan respons
terhadap stres yang tidak adekuat
↓
Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak
berguna
↓
Tidak ada harapan, putus asa
E.Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering timbul adalah :
1. Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
Gejala
Parkinson’s Disease sering luput dari
pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang
tua. Salah satu ciri khas dari Parkinson’s
Disease adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat.
Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak
terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu
tidur.13
Tremor
terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau gerakan memilin (pil
rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki
fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup,
lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat
waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).10
Tremor
tidak hanya terjadi pada
tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata,
bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi
pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu
sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah
sisi.13
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda
yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga
gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki,
kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya
menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan
pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek.13
Adanya
hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini
oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda gigi
(cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua
gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit
itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara
menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan
volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek,
bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan
berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak
menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk
melangkah
Gejala
lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu
ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.13 Bradikinesia
mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik muka. Disamping itu, kulit muka
seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak
menelan ludah.
e. Mikrografia
Tulisan
tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini
merupakan gejala dini.
f. Langkah dan Gaya berjalan (sikap Parkinson)
Berjalan
dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
(1) tubuh condong ke depan, (2) bahu abduksi,
(3) siku fleksi 90˚, (4) pergelangan tangan ekstensi, (5)Hip dan lutut semifleksi.
g. Bicara Monoton
Hal
ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h. Gangguan Behavioral
Lambat-laun
menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang
tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang
cukup.
i. Gejala Lain
Kedua
mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif)
2. Gejala non motorik
a. Disfungsi otonom
-
Keringat
berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
-
Kulit
berminyak dan infeksi kulit seborrheic
-
Pengeluaran
urin yang banyak
-
Gangguan
seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, dan orgasme.
b.
Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c.
Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d.
Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e.
Gangguan sensasi, seperti :
-
kepekaan kontras
visual lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna.
-
penderita
sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension ortostatik, suatu
kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai
jawaban atas perubahan posisi badan - berkurangnya atau hilangnya kepekaan
indra perasa bau (microsmia atau anosmia).
Hal
yang termasuk dalam pemeriksaan koordinasi:
-
Lenggang
-
Bicara : berbicara spontan, pemahaman, mengulang,
menamai
-
Menulis : mikrografia
-
Percobaan apraksia : ketidakmampuan dalam melakukan
tindakan yang terampil: mengancing baju, menyisir rambut, dan mengikat tali
sepatu
-
Mimik wajah
-
Tes telunjuk : pasien merentangkan kedua lengannya ke
samping sambil menutup mata. Lalu mempertemukan jari-jarinya di tengah badan
-
Tes telunjuk-hidung : pasien menunjuk telunjuk
pemeriksa, lalu menunjuk hidungnya
-
Disdiadokokinesia : kemampuan melakukan gerakan yang
bergantian secara cepat dan teratur
-
Tes tumit-lutut : pasien berbaring dan kedua tungkai
diluruskan, lalu pasien menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.
-
F. Gait Analysis
Gaya berjalan pada penderita Parkinson adalah
membungkuk,lengan adduksi dan fleksi pada sendi siku dan lutu,langkah
kecil-kecil,diseret,lambat, dan kaku. Bila sedang berjalan sulit menghentikan
langkahnya ( parkinsonian / festinating gait).
G. Komplikasi Penyakit Parkinson
Adapun komplikasi yang harus dicermati ialah:
- Dekubitus
(luka lecet di bokong, tumit, punggung akibat lama tertekan).
- Malnutrisi
karena penderita menolak makan karena kesusahan mencerna makanan.
- Luka
karena terjatuh karena badan tidak bisa berjalan dengan benar.
- Radang
paru akibat kesedot makanan/minuman.
- Gangguan
fungsi seksual.
- Depresi.
- Demensia.
H.
Penatalaksanaan Fisioterapi
a.
Terapi Fisik
Rehabilitasi
sebaiknya adalah terapi yang ditujukan khusus melatih keterampilan dan
fungsional training.Terapi seharusnya diberikan dengan intensitas yang cukup
untuk mencapai keterampilan yang diperlukan. Teori latihan rehabilitasi utama
diantaranya:
- Terapi Range of Motion (ROM), penguatan, mobilisasi dan tekhnik
kompesatori.
- Neurodevelopmental Treatment (NDT) Bobath-Training
- Pola otot, tidak mengisolasi
gerakan, digunakan untuk pergerakan.
- Ketidakmampuan untuk memberikan
impuls langsung pada otot dalam kombinasi yang berbeda oleh orang dengan
susunan saraf pusat yang utuh.
- Pola otot yang abnormal ditekan
sebelum pola otot yang normal muncul.
- Reaksi asosiasi: sinergi massa
dihindari karena dapat memperburuk kelemahan otot dan otot yang tidak
berserpon (penguatan yang abnormal akan meningkatkan tonus dan
spastisitas)
- Pola penghambat reflex digunakan untuk
mencegah reaksi postural yang abnormal; juga untuk memfasiliitasi gerakan
involunter.
- Pola yang abnormal dimodifikasi
pada titik kunci proksimal sebagai control (misalnya leher, tulang
belakang, bahu atau pelvis)
- Proprioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF)
- Stimulasi dari saraf, otot,
reseptor sensorik untuk menghasilkan respon melalui rangsangan manual
untuk meningkatkan kemudahan pergerakan dan meningkatkan fungsi otot.
- Mekanise neuromuskular yang normal
memberi kemampuan untuk melakukan aktifitas motorik yang luas dengan
struktur anatomis yang terbatas. Hal ini
terintegrasi dan efisien tanpa mempengaruhi aksi motorik, aktifitas
reflex dan reaksi lainnya.
- Mekanisme neuromuskular yang tidak
lengkap tidak cukup memenuhi untuk hidup sehari-hari karena kelemahan,
ikoordinasi, spasme otot atau spastisitas.
- Keperluan khusus diberikan oleh
terapis fisik dan terapis okupasional memfasilitasi efek dari mekanisme
neuromuskular dan mengembalikan keterbatasan pasien.
- Pola pergerakan-massa digunakan
sesuai dengan aksioma Beevor (bahwa otak tidak tahu tentang aksi dari
otok tertentu tapi tahu tentang pergerakannya)
- Brunnstrom: Fasilitasi sentral
menggunakan pemulihan Twitchell dimana meningkatkan sinergi tertentu
melalui stimulus proprioseptif pada kulit.
- Breating
retraining
(BRT) dan inspiratory mucle training
(IMT) pada program rehabilitasi
pasien Parkinson’s Disease
menghasilkan perbaikan fungsi otot pernafasan,
kapasitas latihan, dan kualitas hidup menurut Sutbeyaz dkk. Pada studi ini
pasien diberikan BRT dan IMT selama setengah jam sehari, 6
kali seminggu.
b. Terapi Sinar Infra
Red
Sinar
infra red merupakan suatu gelombang
yang mempunyai pancaran gelombang yang mempunyai elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700– 4.000.000 Amstrong.
Sinar
infra red ini selain berasal dari
matahari, dapat pula diperoleh dengan cara buatan dari bantalan listrik, lampu
luminous infra red gelombang panjang
dan pendek.
Pengaruh
sinar infra red jika sinar infra red
diabsorbsi oleh kulit, maka panas akan timbul pada tempat sinar tadi
diabsorbsi. Dengan adanya panas ini temperature naik dan pengaruh-pengaruh lain
akan terjadi antara lain adalah:
ü
Meningkatkan
proses metabolisme
ü
Vasodilatasi
pembuluh darah
ü
Pigmentasi
ü
Pengaruh
terhadap jaringan otot
ü
Menaikkan
temperatur tubuh
ü
Mengaktifkan
kerja kelenjar keringat
ü
Relaksasi
otot
ü
Meningkatkan
suplai darah
Kebanyakan
pasien yang mengalami kelainan neurologis seperti pada Parkinson’s Disease sangat
tergantung kepada orang lain untuk melakukan ADL dasar (seperti mandi,
berpakaian, makan, ke toilet, bersih-bersih, berpindah tempat). Kemampuan
individu untuk melakukan aktivitas ini biasanya dinilai dengan disability rating scale seperti Fungsional Independence Measure.Hampir
semua pasien menunjukan peningkatan ADL ketika pemulihan terjadi.
Laporan
dari kemandirian fungsional level yang dicapai pada pasien Parkinson’s Disease setelah
perbaikan bervariasi dari satu penulis dengan yang lainnya. Variabilitas ini
mungkin akibat perbedaan antara populasi penelitian, metode rehabilitasi,
follow up dan pelaporan data. Dalam kebanyakan laporan, 47-76% pasien mencapai
kemandirian parsial atau total dari ADL.Kebanyakan peneliti berusaha meneliti
faktor mana yang bisa memprediksi fungsional ADL outcome dengan menggunakan multivariate
analysis.Berbagai variabel di uji, daftar dibawah ini dilaporkan memiliki
pengaruh yang paling besar.Bagaimanapun semua faktor tersebut ditunjukkan untuk
memprediksi outcome dalam setiap
studi.
d. Latihan Keseimbangan dan Koordinasi
1.
Latihan keseimbangan
1) Posisi
duduk
Pasien duduk di tempat tidur, terapis di
belakang pasien dengan memegang salah satu tangan pasien dan tangan yang lain
memfiksasi pada bahu yang kontralateral. Lalu terapis menarik tangan pasien
secara perlahan ke arah samping secara perlahan dan pasien di minta untuk
mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh ke samping. Setelah itu dilakukan
pada tangan yang lain dengan prosedur yang sama.
2) Posisi
berdiri
Pasien berdiri dengan tumpuan 10 cm, terapis memfiksasi pada pevis
pasien, lalu terapis menggerakkan ke depan, belakang, samping kanan dan samping
kiri dan pasien diminta agar menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.
2. Latihan koordinasi
Dilakukan pada posisi berdiri maupun duduk untuk
gerak jari ke hidung, jari pasien ke jari terapis, jari ke jari tangan pasien,
gerak oposisi jari tangan dan gerakan lain yang ada pada pemeriksaan koordinasi
non-ekuilibrium.
Pasien duduk atau berdiri dengan kedua lengan ke depan (fleksi sendi bahu 90ᵒ)
sehingga ke dua jari telunjuk pasien dan terapis saling bersentuhan, lalu
pasien di minta mempertahankannya setelah itu pasien di minta mengikuti gerakan
tangan terapis, usahakan jari telunjuk masih saling bersentuhan selama pergerakan
tangan terapis.
2.1. Frenkel’s
exercise
Merupakan suatu bentuk latihan gerak
untuk perbaikan koordinasi dengan menggunakan indra yang lain (visual,
pendengaran, reseptor). Program ini terdiri seri latihan yang sudah terencana
yang didesain untuk membantu mengkompensasi ketidak mampuan dari lengan dan
tungkai untuk melakukan gerakan yang terkoordinasi, yaitu ketidak mampuan untuk
meletakkan posisi dan mengatakan dimana posisi lengan dan tungkai jika bergerak
tanpa pasien melihat gerakan.
Dasar
fisiologi Frenkel’s exercise sebagai berikut :
a.
Perbaikan koordinasi
melalui indra yang lain
b.
Belajar kembali tentang
fungsi dan pola fungsional yang hilang
Prinsip
latihan antara lain sebagai berikut :
a.
Tujuan latihan untuk
melatih koordinasi bukan untuk tujuan penguatan otot.
b.
Selama latihan harus
diberikan instruksi dan aba-aba, suara yang lembut, dan selama latihan harus
dihitung.
c.
Pasien diposisikan
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah melihat gerakan yang dilakukan.
d.
Untuk menghindari
kelelahan setiap gerakan dilakukan tidak boleh lebih dari empat kali dan
diselingi istirahat diantara setiap gerakan.
e.
Latihan dilakukan dalam
ROM yang normal untuk menghindari over-streching dari otot.
f.
Latihan dimulai dari
gerakan yang sederhana kemudian ditingkatkan pada pola gerakan yang lebih
sulit.
Gerakan
dalam Frenkel’s exercise antara lain :
a.
Fine motor, Gerakan halus yang
memerlukan keterampilan dan koordinasi visual yang prima serta melibatkan
extremitas superior
b.
Gross motor,
gerakan kasar yang melibatkan aktivitas tungkai atau axtremitas inferior.
Posisi
latihan yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Posisi tidur terlentang (Lying)
Posisi
awal : Tidur terlentang pada tempat tidur dengan permukaan yang lembut sehingga
lengan dan tungkai mudah digerakkan dan kepala lebih tinggi dengan disangga
bantal supaya pasien dapat melihat dengan jelas setiap gerakan yang dilakukan.
Adapun gerakan yang dilakukan sebagai berikut :
a)
Tekuk satu lutut dan
panggul dan geser tumit sepanjang tempat tidur, luruskan kembali keposisi awal.
Ulangi gerakan pada tungkai yang lain.
b)
Tekuk satu tungkai pada
lutut dan panggul seperti pada posisi 1, geser ke samping, kembali ketengah
kemudian luruskan tungkai kembali ke posisi awal. Ulangi gerakan pada tungkai
yang lain.
c)
Tekuk satu tungkai pada
lutut dan panggul dengan tumit terangkat dari tempat tidur, luruskan kembali
keposisi awal dan ulangi pada tungkai yang lainnya.
d)
Tekuk dan luruskan satu
tungkai pada lutut dan panggul dengan tumit digeser pada tempat tidur kemudian
berhenti jika diberi aba-aba. ulangi pada tungkai yang lainnya.
e)
Tekuk satu tungkai pada
lutut dan panggul dan letakkan tumit pada lutut tungkai yang lain, kemudian
geser kebawah sepanjang tulang kering kearah pergelangan kaki dan kembali
keatas kearah lutut, kembali keposisi awal. ulangi pada tungkai yang lainnya.
f)
Tekuk kedua lutut dan
panggul, rapatkan kedua pergelangan kaki dan geser kedua tumit sepanjang tempat
tidur dengan kedua pergelangan kaki tetap rapat, luruskan kedua pergelangan
kaki tepat rapat, luruskan kedua tungkai dan kembali keposisi awal.
g)
Tekuk satu tungkai pada
lutut dan panggul bersamaan dengan satu tungkai yang lain diluruskan seperti
gerakan mengayuh sepeda.
b.
Posisi duduk
Posisi
awal : Duduk tegak pada kursi dengan kedua kaki menempel dilantai. Gerakannya :
a)
Buatlah tanda, angkat
sebatas tumit, kemudian tingkatkan gerakan dengan mengangkat seluruh kaki dan
letakkan kaki secara perlahan pada gambar telapak kaki yang digambar dilantai.
b)
Buat dua garis menyilang
dilantai, secara bergantian geser kaki sepanjang garis ke arah depan, belakang,
kiri dan kanan.
c)
Belajar untuk bangkit
berdiri dan duduk kembali dengan hitungan gerakan :
Hitungan kesatu :
tekuk kedua lutut geser kebelakang
Hitungan kedua :
condongkan badan kedepan
Hitungan ketiga :
angkat badan dengan meluruskan kedua tungkai dan luruskan
punggung
Ulangi proses ini untuk ke posisi duduk
kembali.
c.
Posisi berjalan
Posisi
awal : Berdiri tegak dengan jarak kedua kaki 4-6 inchi. Gerakannya :
a)
Berjalan ke samping
dimulai dari setengah langkah ke kanan. Lakukan gerakan ini dengan urutan
hitungan.
Hitungan pertama :
Pindahkan berat badan pada kaki kiri
Hitungan kedua :
Letakkan kaki kanan 12 inchi kekanan
Hitungan ketiga :
Pindahkan berat badan kekaki kanan.
Hitungan keempat :
Angkat kaki kiri melewati kaki kanan.
Ulangi pada tungkai yang lainnya.
b)
Berjalan kedepan diantara
kedua garis sejajar dengan jarak 14 inchi, letakkan kaki kanan disamping garis
kanan, letakkan kaki kiri disamping garis kiri, dan kemudian berjalan dengan
koreksi pada langkah kaki. Istirahat setelah 10 langkah.
c)
Berjalan kedepan dengan
meletakkan setiap kaki pada gambar kaki yang sudah digambar dilantai. Latihan
dengan quarter steps, half steps, three quarter streps dan full streps.
d)
Berputar kekanan, dengan
hitungan pertama : Angkat jari-jari kaki kanan dan putar keluar, pivot pada
tumit. Hitungan kedua : Angkat tumit kiri dan pivot pada jari-jari kaki putar
kedalam. Hitungan ketiga : Berputar penuh. Ulangi gerakan untuk berputar
kekiri.
e)
Berjalan naik dan turun
tangga. Berjalan satu langkah, letakkan kaki kanan ditangga kemudian angkat
kaki kiri letakkan disamping kaki kanan, kemudian lanjutkan ke anak tangga
selanjutnya dengan pola sama. Kemudian lanjutkan latihan dengan melangkah
bergantian dengan langkah biasa setiap anak tangga. Awal latihan gunakan
pegangan kemudian keseimbangan ditingkatkan tanpa pegangan.
d.
Latihan untuk ekstremitas atas.
a)
Gerakan fleksi dan
ekstensi bergantian
b)
Gerakan abduksi dan
adduksi bergantian
c)
Satu lengan fleksi dan
abduksi, lengan lain ekstensi da adduksi bergantian
d)
Latihan dipapan tulis :
merubah tanda minus menjadi plus dan mengkopi garis lurus, silang, lingkar, dan
lain-lain.
e)
Latihan koordinasi mata
tangan
f)
Latihan menggunakan puzzle, balok susun, dan lain-lain.
E .Senam Parkinson
Kemampuan
gerak dan keseimbangan penderita parkinson akan menurun. Gejalanya bisa tremor
atau
bagian tubuh
tertentu sering gemetar.Otot dan anggota tubuh menjadi kaku.Selain itu,
penderita mudah lelah dan lupa.Penyakit ini
tentu akan sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Karena itu, diperlukan
latihan untuk mencegah atau memperbaiki otot-otot tubuh.Ada sebuah senam yang
gerakannya khusus diciptakan untuk menguatkan kerja otot dan membangun
keseimbangan tubuh. Senam ini tepat
dilakukan oleh para penderita parkinson. Tapi, mereka yang tidak menderita penyakit ini juga dapat melakukana sebagai tindakan pencegahan.
Senam Parkinson
dapat meningkatkan kesiagaan tubuh atau body awareness.Hal ini penting untuk menjaga agar penderita tidak
sampai jatuh. Sebab, mereka yang sudah terbiasa melatih keseimbangan secara
refleks dapat menahan jika akan terjatuh.
Sebagai permulaan, sebelum melakukan senam, tetap harus ada pemanasan.Tujuannya, meminimalkan cedera dan mempersiapkan rasa gerak otot.
Sebagai permulaan, sebelum melakukan senam, tetap harus ada pemanasan.Tujuannya, meminimalkan cedera dan mempersiapkan rasa gerak otot.
Senam Parkinson
tidak menjurus pada latihan kardiovaskuler.Berbeda
dengan aerobik yang bekerja pada bagian prime muscle, senam itu lebih
bekerja pada core muscle untuk stabilisator sendi.Senam ini
juga mampu meningkatkan peredaran darah. Tujuannya bukan
untuk menambah massa otot. Gerakannya
simultan berkesinambungan seperti menari.Untuk mendapatkan hasil maksimal,
perlu latihan rutin. Maksimal lima kali seminggu, dan dalam
tujuh hari tetap diberikan jeda istirahat total selama dua hari. Hal
ini
berfungsi untuk proses pemulihan otot-otot yang telah dilenturkan.
Senam dianjurkan untuk penderita Parkinson
karena gerakannya lambat.Ketukan pada setiap gerakannya 80 kali per menit.Senam
juga tidak membutuhkan gerakan meloncat dan berputar.Seseorang
tidak disarankan senam jika malam sebelumnya tidak bisa tidur dengan
lelap.Walaupun tidur lelap, namun bila badan terasa
tidak bugar, tidak disarankan senam, karena hal ini dapat menurunkan koordinasi gerakan.
Gerakan
1: Melatih otot pelvis
Fungsi:
Memfiksasi panggul supaya tidak mudah jatuh.
Cara:
Duduk tegak di atas bola, kedua kaki agak terbuka. Jaga keseimbangan.Tegak dan
pertahankan dalam waktu 10 detik, rileks, ulangi lagi gerakan sebanyak 10 kali.
Gerakan
2: Memindahkan berat badan ke satu sisi
Fungsi:
Melatih rasa gerak sendi panggul dan otot-ototnya agar siap menghadapi
perubahan posisi. Penting untuk mengatur strategi agar tidak jatuh terutama
saat berdiri.
Cara:
Posisi awal duduk tegak di atas bola. Kemudian, gerakkan bola dengan pantat ke
kanan.Tahan dengan kedua tangan dan sebagian badan digerakkan ke arah
berlawanan.Ini dilakukan untuk menahan berat badan jangan sampai jatuh
menggelinding ke kanan.Ulangi 10 kali dengan arah berlawanan secara bergantian.
Gerakan
3: Penguatan otot pinggang, perut, dan paha
Fungsi:
Menguatkan otot pinggang, perut, dan paha yang merupakan bagian dari penjaga
keseimbangan.
Cara:
Duduk tegak di atas bola. Kedua tangan saling bersentuhan.Angkat salah satu
kaki perlahan hingga lurus sejajar paha.Lakukan gerakan dengan kaki yang
berbeda.Ulangi 10 kali.
Gerakan
4: Melatih gerak sendi panggul
Fungsi:
Menjaga keseimbangan.
Cara:
Duduk tegak di atas bola. Kemudian gerakkan bola dengan pantat sedikit ke
belakang. Kedua tangan diluruskan ke depan untuk menahan berat badan agar tidak
jatuh ke belakang. Kembali lagi ke depan. Ulangi 10 kali.
Gerakan
5: Penguatan otot paha
Fungsi:
Stabilisator sendi lutut. Mengurangi kemungkinan jatuh akibat kelemahan otot
paha.Mengurangi nyeri otot.
Cara:
Berdiri tegap dengan bola di belakang punggung. Turunkan bola dengan
menggunakan tubuh bagian belakang.Turunkan hingga posisi kaki menekuk 90
derajat seperti mau duduk.Saat turun tahan 5 detik.Kemudian naik ke posisi
semula dan ulangi lagi sebanyak 10 kali.
Gerakan
6: Melatih kelenturan otot punggung
Fungsi:
Otot punggung menjadi lentur. Membuat gerak fleksibel, mengurangi risiko jatuh
dan mencegah kekakuan pada panggul.
Cara:
Duduk tegap di atas bola.Kemudian gerakkan dan turunkan badan ke salah satu
sisi.Posisikan kedua tangan sejajar menyentuh lantai sesuai arah badan.Ulangi
dengan arahbergantian. Masing-masing arah (kanan-kiri) diulangi sampai lima.
Gerakan
7: Melatih kelenturan otot samping
Fungsi:
Mencegah kekakuan dan nyeri pada punggung. Menjaga kelenturan otot-otot
punggung.
Cara:
Berlutut dengan bola di samping badan. Gerakkan badan bersama kedua tangan ke
sisi yang terdapat bola.Saat miring ke kanan, tangan yang terdekat dengan bola
menyentuh bola.Lakukan dengan arah berbeda. Masing-masing arah lima repetisi.
Gerakan 8: Stretching otot dada
Gerakan 8: Stretching otot dada
Fungsi:
Meningkatkan ekspansi thorax atau dada. Sehingga, pengembangan paru lebih
bagus.Masukan oksigen juga lebih banyak.
Cara:
Berlutut dengan bola di depan badan. Kemudian dorong bola ke depan dengan kedua
tangan. Dorong hingga tulang punggung dan tangan lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar