Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam Fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek terapeutik melalui proses tertentu. Fisioterapi memiliki tanggung jawab di dalam kesehatan gerak fungsional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan di pergunakan berbagai metodologi intervensi fisioterapi, termasuk penggunaan stesor-stesor fisis didalam rangkaian modalitas fisioterapi.Modalitas fisioterapi memiliki berbagai macam atau jenis, yang salah satunya ialah ultra sonik.
Gelombang
ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya dengan frekwensi dan intensitas
masing-masing (Lehmaun 1990)
Untuk
diagnostik
|
frekwensi
|
intensitas
|
echocardiography
|
5 M Hz
|
3,4 mW/cm²
|
echophalography
|
5 M Hz
|
3,4 mW/cm²
|
doppler blood flow
|
5 s.d 10 M Hz
|
203 m/W/cm²
|
obstretical doopler
|
2,25 M Hz
|
6,3 m/W/cm²
|
untuk surgical / bedah
|
||
gallostone ablation
|
0,01 M Hz
|
20 s.d 100 W/cm²
|
untuk terapetik
|
||
physical medicine & rehabilitation
|
0,75 s.d 3 M Hz
|
0.1 s.d 5 W/cm²
|
1. Prinsip Kerja Ultrasound
a. Efektif
Radiating Area (ERA)
Permukaan
tranduser tidak semuanya memancarkan gelombang ultrasound melainkan hanya
permukaan tertentu yang disebut efektif radiating area.Oleh sebab itu ERA
merupakan tolak ukur yang tentu dalam penentuan dosis.Sifat bekas gelombang
Ultrasound.Sifat berkas gelombang ultrasound dibedakan atas dua bagian yaitu :
Area
Convergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Terjadi
gejala interferensi pada daerah yang tidak homogen pada berkas tersebut
sehingga timbul variasi intensitas yang besar yang disebut dengan intensity
peaks sedangkan gejala interferensi yang tidak homogen disebut Beams Non
Uniformity Ratio (BNR). BNR tidak bisa dihilangkan sama sekali. Nilai normalnya
adalah 4 sampai 6 kali intensity peaks
2) Bentuk
berkasnya convergensi dimana panjang area convergensi ditentukan oleh diameter
tranduser
3) Penyebaran
berkasnya lebih terpusat, hal ini juga tergantung pada frekuensi dan diameter
tranduser, dimana bila frekuensi tinggi maka panjang area convergensi akan
panjang demikian pula jika tranduser besar maka area konvergensi semakin
panjang
Area Divergensi,
ciri-cirinya adalah :
1) Tidak
terjadi gejala interferensi yang menyebabkan berkas gelombang sama
2) Berkas
gelombang yang menyebar
b. Fenomena
fisik yang terjadi pada ultrasound
1) Bentuk Gelombang
Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal
yang memerlukan medium yang elastis sebagai media perlambatan.Setiap medium
elastis kecuali yang hampa udara. Gelombang elastis longitudinal menyebabkan
kompresi dan ekspansi medium pada jarak separuh gelombang yang menyebabkan
variasi tekanan pada medium
2) Refleksi atau pemantulan
Refleksi atau pemantulan terjadi bila
gelombang ultrasound melalui dua media yang berbeda.Banyaknya energi yang
dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik dari berbagai media.
Karena faktor pemantulan gelombang pada
permukaan media, maka energi paling besar pada jaringan interface.
3) Penyebaran Gelombang ultrasound
Penyebaran gelombang ultrasound atau
divergensi dalam tubuh timbul karena adanya divergen dan adanya refleksi. Di
dalam jaringan bundel ultrasound dapat menyebar oleh karena adanya refleksi
sehingga timbul efek-efek di luar daerah pancaran bundel ultrasound
4) Penyerapan dan Penetrasi
Ultrasound
Jika gelombang ultrasound masuk ke dalam
jaringan maka efek yang diharapkan adalah efek biologis. Oleh karena adanya
penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang ultrasound masuk dan
intensitasnya semakin berkurang
Gelombang ultrasound diserap oleh
jaringan dalam berbagai ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah
penyerapannya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi tinggi.Jadi ada
ketergantungan antara frekuensi, penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang
ultrasound.Disamping itu refleksi, koefisien penyebaran menentukan
penyebarluasan ultrasound di dalam jaringan tubuh.
Tabel
1. Koefisien Penyerapan pada Frekuensi 1 MHz dan 3 MHz
Medium
|
Frek. 1 MHz
|
Frek. 3 MHz
|
Darah
Pembuluh darah
Tulang
Kulit
Tulang rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air (20°C)
Serabut saraf
|
0,028
0,4
3,22
0,62
1,16
2,27
1,12
0,76
0,28
0,14
0,0006
0,2
|
0,084
1,2
-
1,86
3,48
8,28
3,38
2,28
0,84
0,42
0,0018
0,6
|
Dari tabel di
atas, nampak ada dua nilai absorbsi di dalam jaringan otot.Adanya perbedaan
yang penting disini adalah karena arah dari bundel ultrasound terhadap jaringan
otot.Pertama, jika bundel ultrasound jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan
otot.Kedua, jika bundel ultrasound berjalan sejajar dengan jaringan otot.Pada
keadaan yang kedua nilai absorbsinya hampir tiga kali lebih kecil.Sebuah satuan
yang lebih praktis dalam hal penyebaran adalah Half Value Depth atau jarak
nilai setengah (HVD).Yang dimaksud jarak nilai setengah adalah jarak dimana
intensitas dari ultrasound dalam suatu media tertentu tinggal separuh.Jarak
nilai setengah ini ditentukan koefisien penyerapan.
Tabel 2. Jarak
Nilai Setengah Pada Beberapa Medium
Medium
|
Frek. 1 MHz
|
Frek. 3 MHz
|
Tulang
Kulit
Tulang rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air (200C)
|
2,1 mm
11,1 mm
6 m
2,5 mm
2,5 mm
9 mm
24,6 mm
50 mm
11500 mm
|
-
4 mm
2 mm
0,8 mm
0,8 mm
3 mm
16,5 mm
16,5 mm
3833,3 mm
|
Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa banyaknya energi ultrasound diserap dalam jaringan
tendon dan jaringan tulang rawan. Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik
masih bisa kita harapkan dinyatakan dalam istilah “Penetration Depth” adalah
merupakan suatu titik dimana intensitas ultrasound yang diberikan masih tersisa
10%
5) Pembiasan
Pembiasan
gelombang ultrasound ditentukan oleh nilai indeks tiap-tiap media pada
jaringan, dimana indeks bias ditentukan oleh kecepatan gelombang ultrasound
pada tiap-tiap medium. Nilai indeks bias (n) = 1 berarti tiap pembiasan
sedangkan nilai indeks bias lebih dari 1 berarti pembiasan mendekati garis
normal dan jika indeks bias kurang dari 1 berarti pembiasan menjauhi garis
normal. Besarnya pembiasan ditentukan oleh sudut datang dan kecepatan gelombang
suara pada media yang dilaluinya.
6) Coupling
Media
Untuk dapat
meneruskan gelombang ultrasound ke dalam jaringan tubuh maka dibutuhkan suatu
medium yang berada antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan di ultrasound.
Adapun ciri-ciri coupling media yang baik pada penggunaan ultrasound secara
umum adalah:
a) Bersih
dan steril
b) Tidak
terlalu cair kecuali metode under water
c) Tidak
terlalu cepat diserap oleh kulit
d) Transparansi
e) Mudah
dibersihkan
2. Generator
dan Cara kerja Ultra Sonik
Mesin
Ultrasoud Cara kerja dari mesin ultrasound hampir sama dengan mesin SWD yang
terdiri dari sirkuit primer dan sirkuit sekunder. Sirkuit primer : Generator
frekuensi tinggi dan membangkitkan aruslistrik yang juga berfrekuensi tinggi.
Sirkuit primer dihubungkan ke treatment head yang disebut sirkuit sekunder.
Frrekuensi antara sirkuit primer dan sekunder harus sama. Jadi ketebalan dari
piezoelektrik harus sesuai dgn frekuensi sirkuit primer.
Pesawat
ultra sonik merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak balik
berfrekwensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,75 s.d
3 MHz. Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada transducer yang kemudian
di konversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek piezoelektrik.
Efek
piezoelektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pierre dan Jacques Curie
(1880), yang di peroleh dari vibrasi kristal quartz atau dari produk sintetis
kristal keramik berupa barium titanate maupun lead zirconate titanate.
Kristal
ini dibentuk dengan ketebalan 2-3 mm melingkar sesuai dengan axis elektrik,
kemudian dieratkan pada bagian dalam permukaan tranducer. Saat di aliri arus
atau beda potensial, kristal ini akan mengalami vibrasi baik secara kompresi
maupun ekspansi dengan frekwensi sama dengan sinyal elektrik yang datang.
Umumnya frekwensi yang di hasilkan oleh generator adalah 1 dan 3 MHz.
3.
Penyebaran efek
ultra sonik dalam jaringan
Efek penyebaran
ultra sonik dalam jaringan bergantung pada:
1) Kedalaman
penetrasi
Kedalaman
penetrasi tergantung pada absorpsi dan penyebaran pancaran ultra sonik selama
dalam jaringan.
2). Absorpsi
(absorpation)
Merupakan
penerimaan panas yang di konversikan dari energi akustik
oleh adanya
penyebaran ultra sonik dalam jaringan. Menurut Michloyitz, 1990 absopsi ultra
sonik berkaitan dengan kandungan protein dalam jaringan.
Tissue type
|
Attenuation
|
Protein
content
|
bone
|
96% per cm
|
20-25%
|
cartilago
|
68% per cm
|
|
tendon
|
59% per cm
|
|
skin
|
39% per cm
|
|
blood vessel
|
32% per cm
|
15-20%
|
muscle
|
24% per cm
|
10-15%
|
fat
|
13% per cm
|
|
blood
|
3% per cm
|
Beberapa
jaringan yang dapat di berikan ultra sonik :
Superficial
bone peripheal
nerves
Joint
capsules myofacial
interface
Tendon cells
membranes
Scar tissue
Ultra sonik
frekwensi tinggi (3 MHz) akan lebih mudah di absorpsi dari pada yang
berfrekwensi rendah (1 MHz), (wadsworth, chanmugam, 1988)
3). Penyebaran
(scattering)
Merupakan penyebaran
secara refleksi maupun refraksi ultra sonik dari permukaan tak beraturan atau
inhomogenitas kedalam jaringan.
4. Frekwensi
Frekwensi ultra
sonik merupakan jumlah iscilasi gelombang suara yang dicapai dalam waktu satu
detik yang dinyatakan dengan megahertz (MHz).Umumnya frekwensi yang di
pergunakan dalam terapi ultra sonik adalah 1 dan 3 MHz.
·
untuk
kasus pada kondisi subakut, waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x
·
Untuk
kasus pada kondisi kronik, waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari
5. Intensitas
Merupakan
rata-rata energi yang dipancarkan tiap unit area, dan dinyatakan dalam watt per
sentimeter persegi (W/cm²).sedangkan power ialah total output dari tranducer
yang dinyatakan dalam watt (W).
Total
power output (watts)
Intensitas
= _________________________
ERA
pada transducer (cm²)
Umumnya
intensitas untuk terapi ultra sonik ini berkisar antara 0 s.d 5 W/cm².namun
yang sering di pergunakan dalam klinik berkisar antara 0,5 s.d 2 W/cm². agar
diperhatikan bahwa pemberian ultra sonik dengan intensitas tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya unstable cavitation ataupun mikrotrauma jaringan.
·
Intensitas
rendah <0,3 W/cm²
·
Intensitas
sedang 0,3-1,2 W/cm²
·
Intensitas
kuat 1,2-3W/cm²
·
Untuk
efek terapeutik 0,7-3 MHZ
6. Efek Ultrasound
A. Efek Fisiologis Thermal
a. Efek
Mekanik
Bila
gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan pemampatan dan
peregangan dalam jaringan sama dengan frekuensi dari mesin ultrasound sehingga
terjadi variasi tekanan dalam jaringan. Dengan adanya variasi tersebut
menyebabkan efek mekanik yang sering disebut dengan istilah “micromassage” yang
merupakan efek terapeutik yang sangat penting karena hampir semua efek ini
sangat diharapkan sehingga pada daerah micro tissue damage baru yang memacu
proses inflamasi fisiologis.
b. Efek
Panas
Micromassage
pada jaringan akan menimbulkan efek “friction” yang hangat. Panas yang
ditimbulkan oleh jaringan tidak sama tergantung dari nilai “acustic
independance”, pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang digunakan dan durasi
pengobatan. Area yang paling banyak mendapatkan panas adalah jaringan
“interface” yaitu antara kulit dan otot serta periosteum. Hal ini disebabkan
oleh adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan.Agar efek panas tidak
terlalu dominan digunakan intermitten ultrasound yang efek mekanik lebih
dominan dibandingkan efek panas.
Pada tendon dan
otot akan meningkatkan temperatur sebesar 0,07 derajat Celcius perdetik.
Pengukuran ini dilakukan pada sebuah model jaringan otot.Jadi tanpa adanya efek
regulasi dari sirkulasi darah.
c. Efek
Biologis
Efek
lain dari micromassage adalah efek biologis yang merupakan refleks fisiologis
dari pengaruh mekanik dan pengaruh panas. Efek biologis yang ditimbulkan oleh
ultrasound antara lain :
1) Meningkatkan
sirkulasi darah
Salah
satu efek yang ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas sehingga
tubuh memberikan reaksi terhadap panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi,
hal tersebut disebabkan oleh :
a) Adanya
pembebasan zat-zat pengiritasi jaringan yang merupakan konsekuensi dari sel-sel
tubuh yang rusak sebagai akibat dari mekanisme vibrasi
b) Adanya
iritasi langsung pada serabut saraf efferent atau bermielin tebal. Iritasi ini
mengakibatkan terjadinya post excitatory depression dalam
aktivitas orthosympatik
2) Rileksasi
Otot
Dengan
adanya efek panas maka akan mengakibatkan vasodilatsi pembuluh darah sehingga
terjadi perbaikan sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini
disebabkan oleh karena zat-zat pengiritasi diangkut oleh darah disamping itu
efek vibrasi ultrasound mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan
mengakibatkan rileksasi otot.
3) Meningkatkan
Permeabilitas Membran
Melalui
mekanisme getaran gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan didorong ke
membran sel yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga mempengaruhi
nilai ambang dari sel-sel.
4) Mempercepat
proses penyembuhan jaringan
Dengan
pemberian ultrasound akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga meningkatkan suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi
peningkatan antibody yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak.
Disamping itu akibat dari efek panas dan efek mekanik yang ditimbulkan oleh
ultrasound menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan secara fisiologis yang
mengakibatkan terjadinya reaksi radang yang diikuti oleh terlepasnya “P”
substance, prostaglandin, bradikin dan histamine yang mengakibatkan
terangsangnya serabut saraf bermyelin tipis sehingga timbul rasa nyeri. Namun
dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi
proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan
jaringan yang mengalami cedera.
Reaksi
“P” substance bersama neurotransmitter lainnya seperti
histamine, bradikinin dan prostaglandin merupakan kelompok senyawa amin yang
ikut berperan dalam reaksi radang yang terjadi oleh karena adanya kerusakan
jaringan akibat trauma atau stimulus mekanik, stimulus elektris maupun stimulus
kimia. Reaksi “P” substance tersebut dapat bersifat vascular dan reaksi seluler
yang pada prinsipnya memacu induksi proliferasi fibroblast pada fase
pembentukan jaringan kollagen muda sebagai proses regenerasi awal yang dimulai
sejak 24-30 jam pertama. “P” substance juga merupakan salah satu
neurotransmitter yang sangat bermanfaat bagi dimulainya proses regenerasi
jaringan. Pada fase akut nocisensorik akan teriritasi oleh reaksi kimia akibat
“P” substance di sekitar lesi. Dengan demikian maka pada fase akut suatu
peradangan akan ditandai dengan nyeri yang hebat.
5) Mengurangi
Nyeri
Nyeri
dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh
efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena
gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh
sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh
efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada
HPC melalui serabut saraf tersebut.
B. Efek fisiologik non thermal
Efek non thermal
ultrasonik terjadi dari gelombang suara berpulsa. Efek ini akan meningkat
sejalan dengan peningkatan frekwensi (M Hz) dan intensitasnya.Umumnya pulsa
gelombang ini memiliki rasio 1 : 4 (20%), 1 : 1 (50%), 1 : 9 (10%). Sehingga
pemberian ultra sonik berpulsa selama 5 menit dengan rasio 1: 4 berarti bahwa
pasien akan menerima gelombang ultra sonik selama 1¼.efek non thermal ultra
sonik di hasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan:
1) acoustic
streming, yakni arus tak langsung yang terjadi pada membran sel
2) cavitation,
ada dua macam (a) stable cavitation (b) unstable atau trensient cavitation
3) micromassage,
merupakan gerakan oscilator dari sel dan jaringan.
Sehingga efek
non termal ultra sonik dapat mengurangi oedem, nyeri dan spasme otot,
memperbaiki aliran darah serta menginduksi perbaikan non union bone, regenerasi
jaringan dan perbaikan jaringan lunak.
– menstimulasi
pelepasan histamin dari sel mast oleh adanya degranulasi
– stimulasi
pelepasan serotonin dari sel darah
– stimulasi
pelepasan chemotactic agents dan growth factor dari makrofag
– stimulasi
pembentukan kapiler darah baru oleh sel-sel endotel
– stimulasi
fibroblast untuk meningkatkan sintetis protein
– meningkatkan
kandungan kolagen
– meningkatkan
velositas konduksi saraf motor dan sensor yang akan meningkatkan ambang nyeri
7. Implikasi klinik
– mempercepat
penyembuhan luka dengan percepatan fase awal peradangan
– mempercepat
penyembuhan luka dengan percepatan fase akhir peradangan
– mempercepat
penyusutan luka akibat kurangnya pembentukan scar tissue
– mempercepat
penyembuhan luka dengan perbaikan sirkulasi yang memerlukan sintetis colagen
– mempercepat
penyembuhan dengan memproduk kolagen yang hilang
– meningkatkan
daya lentur jaringan
– mengurangi
nyeri
8. Indikasi
1) Kelainan-kelainan / penyakit pada
jaringan tulang sendi dan otot
2) Keadaan-keadaan post traumatik
3) Fraktur
4) Rheumathoid Arthritis pada
stadium tidak aktif
5) Kelainan / penyakit pada
sirkulasi darah
6) Penyakit-penyakit pada organ
dalam
7) Kelainan / penyakit pada kulit
8) Luka bakar
9) Jaringan parut oleh karena
operasi
10) Kontraktur
11) Kondisi peradangan sub akut dan
khronik
12) Kondisi ketegangan, pemendekan dan
perlengketan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum )
9. Kontra indikasi
Merupakan
kontra indikasi terhadap terapi ultra sonik antara lain :
1)
penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung
2)
kehamilan, khususnya pada daerah uterus
3)
jaringan lembut : mata, testis, ovarium, otak
4)
jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru
5)
pasien dengan gangguan sensasi/ DM
6)
tanda-tanda keganasan atau tumor malignan
7)
insufisiensi sirkulasi darah : thrombosis, thromboplebitis atau occlisive
occular disease
8)
infeksi akut
9)
daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewasa
1. METODE
APLIKASI
A. KONTAK
LANGSUNG
Yaitu
metode dimana terdapat kontak antara tranduser dengan kulit.Untuk mendapatkan
kontak yang sempurna memerlukan kontak media (oils/ minyak, water oil
emulsions, aquas-gels, ointment /pasta).
B.
KONTAK TIDAK LANGSUNG
a).
Sub-aqual (dalam air) Bagian tubuh yang diterapi dan trnduser dimasukkan di
dalam bak askon/ember berisi air. dengan menempatkan tranduser dengan jarak
tertentu.
b).
Water pillow Metode menggunakan kantong plastik atau karet yang berisi air
kira-kira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong plastik atau karet merupakan
media yang dapat menempel di kulit.Metode ini energi ultrasound banyak yang
hilang.
2. PENENTUAN DOSIS
TERAPI
Dalam menentukan dosis terapi harus diperhatikan
faktor-faktor di bawah ini :
a. Kemungkinan memilih frekuensi yang berbeda
b. Kemungkinan memilih gelombang kontinyu atau
terputus-putus. Gelombang terputus-putus akan memberikan dosis yg rendah
c. Bila efek panas yang kita inginkan untuk tujuan
terapi, lebih baik dipilih gelombang kontinyu
d. Jaringan mana yang akan diterapi serta bagaimana
aktualitas kondisinya.
e. Prinsip menggunakan terapi ultrasound tidak boleh
terjadi rasa sakit di jaringan.
f. Jika setelah pemberian terapi timbul sakit
kepala, pusing, mupun reaksi vegetati yang lain, maka terapi berikutnya harus
diberikan intensitas yang lebih rendah.
g. Lamanya terapi, banyak pendapat yg mengemukakan
tentang hal ini.
h.
Waktu terapi, sangat tergantung dari kondisi penyakit. Pada penyakit-penyakit
aktualitas tinggi (akut) sebaiknya diterapi minimal setiap hari.Kondisi
aktualitas rendah (kronis) diterapi 2 sampai 3 kali perminggu.
3. PROSEDUR APLIKASI
1. SEBELUM TERAPI
a. Terapis melakukan pemeriksaan yang dimulai
dari anamnesis sampai dengan kontra indikasi ultrasound
b. Penjelasan terhadap pasien tentang
terapi ultrasound dan tujuannya
c. Menentukan daerah yg akan dierapi
dengan tepat
d. Tes sensibilitas
e. Bersihkan dengan alkohol atau sabun
f. Terapis memustuskan metode yang akan
digunakan (kontak langsung/tidak langsung, phonoporesis), tentukan
frekuensinya, jenis arus, tranduser, intensitas, lama terapi.
g. Pasien diposisikan comfortable
/nyaman.
h. Rambut yang terlalu lebat sebaiknya
dicukur
i. Persiapan pasien
2.SELAMATERAPI
a. Terapis menyetel paramater pada mesin
ultrasound
b. Treatmen head/tranduser diletakkan di
daerah yang akan diterapi
c. Tentukan lama terapi, frekuensi,
intensitas
d. Treatment harus selalu dinamis dan
ritmis, jangan terlalu ditekan
e. Terapis harus menanyakan ke pasien
3. SESUDAH TERAPI
a. Terhadap alat: mesin dimatikan dan
semua tombol dalam posisi nol, bersihkan tranduser dengan alkohol 70% dan dilap
sampai kering. Rapikan tempat tidur
b. Terhadap pasien : pemeriksaan baik
subyektif maupun obyektif