Kamis, 21 Januari 2016

Fisioterapi pada Fraktur Metatarsal


A.    DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature.
·         Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya danterputusnya kontinuitas tulang,
·         Boenges, ME., Moorhouse, MF danGeissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.
·         Back dan Marassarin(1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadikarena tekanan pada tulang yang berlebihan.
B. ETIOLOGI
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1.Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, dan penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2.Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula dan metatarsal .
3.Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

C. ANATOMI METATARSAL

Tulang metatarsal adalah kelompok lima tulang panjang di kaki yang terletak antara tulang tarsal dari-belakang dan pertengahan phalangs kaki dan jari-jari kaki. Lima bagian tulang itu saling berkaitan dalam satu unit. Fungsinya untuk membagi beban pada tubuh dan mengadaptasikan tubuh pada tanah yang tidak rata. metatarsal pertama besar dan pendek, metatarsal kedua paling panjang diantara yg lainnya.












D. KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunialuar
1.               Fraktur tertutup (closed)
Merupakan patah tulang yang tidak di sertai dengan robekan jaringan kulit dan tidak berhubungan dengan udara luar, sering juga di sebut fraktur yang bersih tanpa komplikasi.
2.               Fraktur terbuka (open )
Robek nya kulit pada tempat fraktur luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubfungan dengan lingkungan luar sehingga berpotensi menjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut di bedakan menjadi 3 berdasarkan berat nya fraktur :
·         derajat I : luka tembus dengan diameter 1cm atau kurang dan keadaan nya relatif bersih
·         derajat II : terdapat luka leserasi , luka lebih besar (>1 cm) tanpa di sertai kerusakan jaringan lunak yang luas dan luka epulsi.
·         derajat III : patah tulang yang di sertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas , otot, kulit dan sistem neuromuskuler . luas luka biasa nya 6-8 cm dengan penyebab energi yang besar dan patah tulang nya mempunyai fragmen yang besar.
Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi :
1.               Fraktur komplit
Patah yang melintang keseluruh tulang dan sering berpindah dari posisi normal
2.                  Fraktur inkomplit
Meluas nya grafik fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggukontinuitas seluruh tubuh type fraktur ini di sebut juga “green stick
MenurutLong (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu
a. GreenStick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
b.Transverse yaitu patah melintang
c.Longitudinal yaitu patah memanjang
d.Oblique yaitu garis patah miring
e.Spiral yaitu patah melingkar




MenurutBlack dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
a.Tidak ada dislokasi
                        b.Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
·         Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut
·         Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh
·         Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang
·         Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan danmemendek.

E.     JENIS FRAKTUR METATARSAL

1.      Fraktur Jones adalah fraktur  metatarsal 5 yang terjadi lebih dari 1 ½ cm bagiantulangdistal tetapi tidak pada pertengahan poros. Fraktur Jones terjadi karena trauma langsung, sepertimenjatuhkanbendaberat di kaki.
2.      Fraktur stres metatarsal terjadi sebagai hasil dari beban berulang  pada tulang dalam jumlah , atau pada tingkat yang lebih besar dari kemampuan tulang sendiri. Fraktur stres metatarsal yang paling sering terjadi pada metatarsal kedua dan ketiga . Fraktur stres kurang ditemukan di metatarsal 4 dan 5 begitujugametatarsal 1.
3.      Fraktur avulsi disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat dikarenakan Inversi atau cedera rotasi internal pada kaki. Fraktur avulsi terjadi ketika tendon peroneus brevis menarik dasar metatarsal 5.Ukuran potongan tulang avulsi tidak bervariasi tetapi biasanya kurang dari 1 cm.

F.     PATOFISIOLOGI
G.    TANDA DAN GEJALA
·         sakit (nyeri)
karena kerusakan jaringan dan perubahan stuktur yang meningkat  menyebab kan penekanan sisi fraktur dan pembagian pergerakan bagian fraktur.
·         Infeksi
bengkak /penumpukan cairan yangf di sebab kan oleh kerusakan pembuluh    darah deformitas (perubahan stuktur dan bentuk tulang )
·         palpasi : nyeri tekan , nyeri sumbu , krepitasi
·         gerakan : aktif, dan pasif
·         Krepitus (kisi tulang) dapat didengar atau dirasakan.
·         perubahan warna kulit : pucat , ruam , cyanosis
·         parastesia (kurang nya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf. Dimana saraf ini dapat terjepit dan terputus pleh fragmen tulang ).

H.    KOMPLIKASI
1)      Komplikasi Awal
a.            Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b.      Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c.       Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen  dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d.      Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e.           Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f.       Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2)      Komplikasi Dalam Waktu Lama
a.      Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b.      Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c.       Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
I.       PENANGANAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR

·         Latihan fisiologis otot

Mengikuti imobilisasi, otot disekitar bagian yang fraktur akan kehilangan volume, panjang dan kekuatannya. Adalah penting jika program latihan yang aman ditentukan dan dievaluasi dibawah pengawasan fisioterapi untuk mengembalikan panjang dan fisiologis otot. Dan mencegah komplikasi sekunder yang biasanya mengikuti.

Latihan untuk menjaga fisiologis otot dilakukan sedini mungkin.

·         Mobilisasi sendi

Kekakuan sendi sering terjadi dan menjadi masalah utama ketika anggota gerak badan tidak digerakkan dalam beberapa minggu. Focus fisioterapi adalah melatih dengan teknik dimana dapat menambah dan mengembalikan lingkup gerak sendi yang terpengaruh ketika fraktur sudah sembuh.

Jangan menggunakan teknik “Force Passive”, karena bisa menyebabkan Reflex Sympathetic Diystrophy dan Heterotopic Ossification. Gunakan waktu dan gravitasi atau berat badan pasien sendiri.

Bila di gips, mobilisasi sendi mulai diberikan secara hati – hati pada minggu kedua. Sedangkan bila dengan internal fixasi, bisa diberikan sedini mungkin.

·         Massage

Pelepasan keketatan otot dan trigger points yang terjadi pada otot yang mengikuti pembidaian dan penge-gips-an akan mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang otot.

·         Pemanasan dan Terapi listrik

Sangat umum terjadi kekakuan jaringan lunak bila imobilisasi lama. Pemanasan dan terapi listrik menunjukkan manfaat tambahan bagi terapi manual dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang otot.

·         Edukasi jalan

Jika fraktur memerlukan penggunaan alat bantu jalan, fisioterapi dapat menunjukkan alat yang paling sesuai dan cara jalannya untuk mendukung kesembuhan optimal dan aman.

Demi amannya, Latihan jalan dilakukan secara bertahap, yaitu :

o   Non Weight Bearing
Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). Dilakukan selama 3 minggu setelah di operasi.

o   Partial Weight Bearing
Adalah berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban tungkai itu sendiri. Dilakukan bila callus telah mulai terbentuk ( 3 – 6 minggu ) setelah operasi.

o   Full Weight Bearing
Adalah berjalan dengan beban penuh dari tubuh. Dilakukan setelah 3 bulan pasca operasi dimana tulang telah terjadi konsolidasi secara kuat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar