Sabtu, 11 Februari 2017
Flexibilitas
I. Definisi
Fleksibilitas adalah kemampuan jaringan disekitar sendi untuk terulur semaksimal mungkin tanpa ada pengaruh dari jaringan lawanannya dan relaks. Dalam pembahasan mengenai istilah fleksibilitas mencakup dua hal yang saling berhubungan, yaitu kelentukan dan kelenturan. Kelentukan terkait erat dengan keadaan fleksibilitas antara tulang dan persendian, sedangkan kelenturan terkait erat dengan keadaan fleksibilitas antara tingkat elastisitas otot, tendo dan ligament.
Dimana kedua unsure (kelentukan dan kelenturan) tersebut akan menjamin tingkat keluasan gerak (amplitudo) pada persendian dan memudahkan otot, tendo, ligament serta persendian pada saat melakuka gerak. jaringan yang terulur tidak hanya beberapa ligamen, fascia, dan jaringan konektif lainnya yang terkait dengan sendi, tetapi otot-otot antagonis harus relaks (otot-otot yang melawan gerakan sehingga aksi sendi bisa terbatas). Sebagai contoh, keterbatasan seseorang yang tidak mampu membengkokkan badannya dan menyentuh lantai tanpa membengkokkan lutut maka kemungkinan besar disebabkan oleh tightness (ketegangan) tendon-tendon otot hamstring daripada ketegangan ligamen-ligamen pada knee.
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Respon jaringan
Keleluasaan gerak sendi serta kelenturan otot dalam suatu gerakan, akan tetapi dapat dipertahankan selama bagian tubuh bergerak secara normal. Dan jaringan ikat akan tetap menjaga integritas serta kekuatannya, dan tetap mampu menahan secara tepat terhadap tekanan yang diterima. (costill,1993:34)
1. Sifat mekanik dan Fisik Kolagen
Kolagen akan menunjukkan sifat-sifat mekanik maupun fisiknya apabila terjadi suatu perubahan bentuk.sifat ini memberikan kesempatan kepada kolagen untuk menanggapi beban yang diterima maupun perubahan bentuk secara tepat, serta akan memberikan kemampuan kepada jaringan untuk bertahan terhadap regangan yang kuat. Sifat mekanik tersebut adalah elastisitas, viskoelastisitas dan plastisitas.(Faraggiana, 1972:80). Sedangkan yang bersifat fisik akan ditunjukkan dengan gaya relaksasi, rambatan, dan hysteresis.(Noyes FR.1979:118).
2. Otot
Kapsul sendi, ligament, facia dan aponeorosis semuanya terdiri dari kalogen, yang diperkirakan sebagai jenis hambatan terhadap keterbatasan keleluasaan gerak sendi.Tendon sebagai bagian terpisah dari otot, diperhitungkan sebagai faktor penghambat pasif. Hanya otot yang memiliki komponen aktif yang dapat membatasi keleluasaan sendi untuk bergerak maupun kelentukan ototnya.Komponen-komponen ini disebut sebagai elemen kontraktil yaitu myosin dan aktin.
3. Usia
Penuaan adalah merupakan suatu proses yang terjadi secara normal dan akan terus berkelanjutan. Selama proses penuaan akan terjadi peningkatan isi secara keseluruhan pada tendon, kapsul, dan otot sepanjang luas penampang serabut kalogen. Semakin bertambahnya umur maka akan semakin berkurang fleksibilitas. Hal ini seringkali terjadi karena dengan bertambahnya umur maka elastisitas jaringan ikat pada otot akan mengalami pemendekan. Oleh sabab itu, pada lansia biasanya rentan mengalami cedera akibat aktifitas fisik yang terlalu berat dan melibatkan banyak gerakan sendi.
4. Jenis kelamin
Pada umumnya, wanita memiliki tubuh yang lebih fleksibel dibandingkan laki-laki. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan variasi dan anatomi struktur sendi yang dimiliki.
5. Jenis sendi
Luas pergerakan sendi bersifat spesifik dan bervariasi tergantung jenis sendi dan individunya. Misalnya, untuk sendi tubuh bagian atas seperti bahu dang pinggul memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan tubuh bagian bawah seperti kaki. Tiap-tiap orang juga memiliki tingkat keleluasan gerak sendi yang berbeda-beda.
6. Latihan fisik
Seseorang yang rutin melakukan latih fisik, terutama peregangan tubuh tentunya akan memiliki fleksibilitas tubuh yang lebih baik. Terutama bagi mereka penggiat olahraga yang mengutamakan kelenturan tubuh seperti yoga.
7. Kehamilan
Selama kehamilan, sendi panggul dan ligamentumn dalam keadaan relaksasi dan memiliki ruang gerak sendi yang lebih besar. Hal ini terjadi karena selama kehamilan tubuh akan memproduksi hormon relaxin. Setelah kehamilan produksi hormon ini akan menurun kembali dan ligamentum akan kembali tegang.
8. Jumlah lemak tubuh
Faktor lain yang dapat mempengaruhi fleksibilitas adalah jaringan lemak tubuh di sekitar sendi dan jaringan otot. Kelebihan jaringan lemak tubuh dapat meningkatkan tahanan pergerakan, dan ditambah penghambatan keleluasaan gerak dari sendi karena kontak antara permukaan tubuh sehingga menurunkan fleksibilitas.
III. Peningkatan Fleksibilitas
Pemendekan atau menurunnya elastisitas dan fleksibilitas baik karena faktor patologis(trauma, infeksi, dsb) maupun yang bersifat fisiologis, yang menghambat lingkup gerak sendi normal yakni berupa kontraktur, perlekatan, pembentukan jaringan parut yang mengarah pada pemendekan otot, jaringan konektif dan kulit serta mobilitas jaringan lunak di sekitar sendi. metode ataupun teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan flexibilitas yaitu : stretching/peregangan.
Fleksibilitas ditingkatkan dengan Metode Peregangan :
1. Statis
Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Peregangan statis melibatkan peregangan untuk batas gerak tanpa memaksa peregangan dan memegang posisi tanpa gerakan untuk waktu tertentu. Seluruh kinerja fleksibilitas statis, atlet harus berusaha untuk mengendurkan otot-otot untuk arsip jangkauan maksimum gerak.
a. Statis aktif : tanpa bantuan selain menggunakan kekuatan otot agonis.
b. Statis pasif : bantuan dari bagian tubuh lain atau dengan bantuan peralatan lain.
2. Dinamis
fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Sebagai contoh fleksibilitas dinamis dalam tenis adalah gerakan pukulan (servis, smash, dan groundstrokes). Latihan dilakukan 4-8 x.
3. Preprioceptive Neuomuscular Facilitation (PNF)
PNF adalah fasilitasi pada system neuromuskuler dengan merangsang propioseptif. PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya. Peregeangan PNF ini masih dibantu oleh orang lain, tapi bedanya dengan peregangan pasig adalah adanya kontraksi dulu melawan arah dari dorongan regangan orang lain yang membantu sebelum di regangkan. Teknik-teknik PNF, mempunyai maksud; (1) mengajarkan gerakan, (2)menambah kekuatan otot, (3) relaksasi, (4) memperbaiki koordinasi, (5)mengurangi sakit, (6) menambah LGS, (7) menambah stabilitasi, (8) mengajarkan kembali gerakan, (9) memperbaiki sikap..
4. Balistik
Peregangan balistik mengandung anggukan atau pergerakan yang aktif untuk pergerakkan yang terbatas. Para atlet tidak boleh menahan gerakan pada posisi terakhir. Posisi dengan tangan di atas kepala dan kaki terpisah, menurunkan badan menuju lutut untuk mencapai jangkauan .
BENTUK LATIHAN FLEKSIBILITAS
(STATIS)
No
Bentuk latihan
Tujuan gerak
Coaching point
1
Statisaktif
Meregangkan otot otot leher di bagian belakang
Tundukan kepala sampai terasa sakit di otot bagian leher belakang.
Setelah terasa sakit baru memulai hitungan.
2
Statisaktif
Meregangkan otot otot sternocledoidmastoid dan trapezius
Tengokkan di tarikkeatas sampai terasa sakit diotot-otot bagian leher
3
Statisaktif
Meregangkan otot otot di sekitar bahu seperti halnya laktisimus dorsi,teres mayor dan teres minor serta deltoid
Tarik sikut tangan kanan dengan tangan kiri semaksimal mungkin sampai terasa sakit di bagian bahu
4
Statis aktif
Meregangkan otot otot seperti pektoralis mayor dan minor, triceps brachii
Lakukan seperti gerakan sebelumnya namun posisi tangan berada di belakang
5
Statis aktif
Meregangkan otot yang berada di daerah leher seperti sternocledoidmastiod dan trapezius
Tarik kepala ke samping oleh tangan seakan sehingga terjadi patahan
6
Statis aktif
Meregangkan otot otot seperti deltoid,pectoralis mayor
Duduk berbaring kedua tangan kebelakang sehingga menjadi tumpuan untuk menahan berat badan
7
Statis aktif
Meregangkan otot ototseperti teres major dan teres minor serta laktisimus dorsi
Angkat sikut tahan oleh tangan yang lain dan tarik sampai terjadi kontraksi
8
Statisaktif
Meregangkan otot otot paha seperti hamstring serta otot yang berada pada tulang belakan seoerti laktisimus dorsi,trapezius
Duduk luruskan salah satu kaki dan kaki yang lain di lipat ke dalam bungkukkan badan sampai terasa tegangan ke punggung
9
Statis aktif
Untuk meregangkan otot seperti glutus maxsimus,hamstring,serta vastus lateralis,rectus femoris
Langkahkan satu kaki kedepan sehingga bersudut 90 drajatsatu kaki di belakang sehingga dengkul dan tulang kering menjadi tumpuan setelah itu tarik kedepan secara perlahan
10
Statis aktif
Untuk meregangkan otot hamstring serta otot semimembranosus dan otot paha seperti gastrocnemius
Berbaring berdekatan dengan tembok,kemudian angkat salah satu sampai lurus sehingga mengakibatkan rasa tarikan atau rasa sakit kemudian tahan
11
Statis aktif
Meregangkan otot otot yang berada di kaki seperti angkle
Berdiri tegak lalu silangkan salah satu kaki dengan jari jari kaki menjadi tumpuan
12
Statis aktif
Meregangkan otot seperti otot hamstring,Sartorius,vastus medialis,vastus lateralis,rectus vemoris
Berdiri tegak lalu angkat salah satu kaki dengan tangan memegang lutut lalu tarik sehingga menempel ke dada
13
Statisaktif
Untuk meregangkan otot otot seperti halnya otot yang berada dip aha dan punggung bagian belakang sepertiteres major dan minor serta laktisimus dorsi
Duduk dengan kaki lurus kemudian silangkan salah satu kaki ke kaki yang lain kemudian tengokan badan kea rah berlawanan dengan kaki yang menyilang
14
Statispasif
Untuk melatih atau meregangkan otot seperti trapezius serta teres mayor dan teres minor
Dorong sampai terasa sakit sampai kepala bias bersentuhan dengan kaki
15
Statispasif
Untut melatih otot seperti otot Sartorius dan rectus femoris
Tarik sampai terasa sakit di bagian paha dan selangkangan,ikuti arah tarikan jangan di lawan
16
Statispasif
Untuk melatih otot paha bagian bawah seperti otot hamstring
Dorongkan kaki yang telah bersilangan,lalu tahan kaki yang satu denagn tangan sampai terjadi kontraksi
17
Statisaktif
Untuk meregangkan otot di bagian belakang serta malatih otot bahu
Luruskan dada sehingga sejajar dengan tangan,pandangan tetep kedepan dan tegak
18
Statispasif
Meregangkan otot seperti otot hamstring,Sartorius,vastus medialis,vastus lateralis,rectus vemoris
Tarik kaki yang telah di angkan yang membentuk sudut 90 derejat sehingga menyentuh dada
19
Statis aktif
Untuk meregangkan otot otot gluteus maximus, gluteus medius, minimus gluteus, piriformis, gemellus superior, obturator internus
Jadikan tumpuan badan di kaki yang membentuk sudut 90 derajat lakukan sampai terjadi rasa sakit kemudian hitung
20
Statisaktif
Untuk melatih otot otot seperti trapezius dan laktisimus dorsi
Dorongkan badan ke depan seolah olah kepala akan bersentuhan dengan kaki
22
Statis aktif
Untuk meregangkan otot paha bagian depan seperti vastus lateralis,rectus femoris
Tarik salah satu kaki ke belakang sampai terjadi rasa sakit dip aha bagoan depan
23
Statis aktif
Untuk meregangkan otot otot gluteus maximus, gluteus medius, minimus gluteus, piriformis, gemellus superior, obturator internus
Jadikan tumpuan badan di kaki yang membentuk sudut 90 derajat lakukan sampai terjadi rasa sakit kemudian hitung
24
Stretching statis
Wrist stretch
Melemaskan otot dan sendi pergelangan tangan
Lekukan tangan ke arah atas atau bawah sampai maximal dan tahan beberapa hitungan
BENTUK LATIHAN FLEKSIBILITAS
(DINAMIS)
No
Bentuk Latihan
Tujuan Gerak
Coaching Point
1,2,3
Dinamis
Untuk melatih otot deltoid,teres mjor,teres minor,pectoralis major,lactisimus dorsi,serratus anterioar,
lakukan gerakan mengayunkan lengan ke samping kanan dan kiri,kemudian atas bawah serta depan belakang
4,5,6
Dinamis
Untuk melatih otot semispinalis capitis,scalene,trapezius,stermoclematoid
Tundukan kepala kedepan dank e belakang,tengokan ke kiri dan kekanan,patahkan ke kiri dan ke kanan
7,8
Dinamis
Untuk meregangkan otot biceps brachii,brachialis,probator teres,triceps brachii
Lakukan gerakan tarik tangan dan luruskan,membolak balikan pergelanagn tangan
9
Dinamis
Untuk melatih otot biceps brachii.triceps brachii
Ayunkan lengan ke depan dank e belakan hingga menemui titik temu
10
Dinamis
Untuk melatih otot perut
Condongkan badan kedepan kemudian kembali ke po sisi awal
11
Dinamis
Melatih otot punggung misalnya trapezius
Dalam posisi berdiri sentuh kaki denan ujung jari kemudian kembali tegak
12
Dinamis
Melatih ototbahu, bisep dan trisep dqan juga otot tungkai
Ayunkan kaki kesamping diikuti dengan ayunan lengan
13
Dinamis
Melatih otot hamstring atau tungkai secara keseluruhan
Ayunkan kakisampai kedepan secara bergantian
14
Dinamis
Meregangkan otot seperti otot hamstring,Sartorius,vastus medialis,vastus lateralis,rectus vemoris
Angkat atau ayunkan lutut secara bergabtian
15
Dinamis
Untuk melatih otot hamstings
Dengan posisi berbalik ayunkan kaki kebekang sampai melebihi paha
16
Dinamis
Untuk meregangkan otot hamstings,adductor,hip
Ayunkan kaki ke samping dengan posisi badan miring
17
Dinamis
Untuk melatih otot hamstring,adductor,rectus femoris,external oblingue
Ayunkan kaki ke depan dengan posisi badan condong ke belakang
18
Dinamis
Untuk melatih otot hamstring,adductor,rectus femoris
Ayunkan kaki ke samping setinggi mungkin dengan posisi badan tegak
19
Dinamis
Untuk melatih otot paha
Ayunkan kaki secara bergantiandan rasakan tarikan otot di paha
20
Dinamis
Untuk melatih otot
Dengan posisi duduk tengokan badan ke kiri dan ke kanan
21
Dinamis
Lengan berada di balakang kepala miringkan badan kekiri dank e kanan sampai sikut menyentuh lutut
22
Dinamis
Patahkan badan ke kiri dan ke kanan dengan di ikuti lengan lurus
23
Dinamis
Untuk melatih biceps brachii,triceps brachii,deltoid
Bentuk lengan seperti huruf u kmudian lakukan gerakan buka tutup
24
dinamis
Untuk melatih otot bahu dan pinggang
Tangan kanan menyentuh kaki kiri dan tangan kiri menyentuh kaki kanan secara bergantian
BENTUK LATIHAN FLEKSIBILITAS
(PNF)
No
Bentuk Latihan
Tujuan Gerak
Coaching Point
1
PNF
Melatih otot bahu seperti deltoid,anterior head,middle head,biceps bracii
Tarik kemudian silangkan kedua lengan di belakang setelah terasa sakit tahan kemudian lawan tarikan tersebet secara perlahan
2
PNF
Untuk melatih otot paha misalnya hamstring
Luruskan kaki ke atas kemudian tarik menggunakan karet setelah merasakan sakit lawat tarikan secara perlahan
3
PNF
Untuk meregangkan otot angkle
Tarik sampai terasa sakit kemudian lawan secara perlahan
4
PNF
Untuk melatih otot paha misalnya hamstring
Setelah terasa sakit lawat arah tarikan secara perlahan
5
PNF
Untuk melatih otot seperti gracilis,semitendonosus,semimembranosus,gasrocnemius
Lakuakan seolah olah mendorong tembok sehingga terasa sakit di bagian kaki yang lurus
6
PNF
Untuk melatih otot hamstring dan angkle
Tarik sampai terasa sakit kemudian lawan secara perlahan
7
PNF
Untuk malatih otot angkle serta otot yang berada di punggung
Tarik sampai terasa sakit kemudian lawan secara perlahan dengan posisi badan tetap tegak
8
PNF
Melatih otot bahu seperti deltoid,anterior head,middle head,biceps bracii
Tarik kedua lengan dan tahan punggung dengan kaki bagian samping lakukan sampai tersa sakit kemudian lawan secara perlahan
9
PNF
Melatih otot di bagian paha dan betis
Tarik kaki yang menggantung ke atas setelah terjadi kontraksi lawan dengan cara menurunkan kaki
10
PNF
Untuk melatih otot hamstring dansartorius,aducctor longus
Tarik sampai kaki seakan akan menyentuh kepala kemudian lawan secara perlahan
11
PNF
Untuk melatih otot otot yang berada di sekitar paha bagian atas seperti Sartorius,vastus medialis,,rectus vemoris
Tahan kaki yang telah di lipat oleh kedua tangan,kemudian lawan seakan melepaskan diri dari pegangan
12
PNF
Untuk meregangkan otot vastus medialis,rectus vemoris
Lipatkan kaki kebelakang sehingga terasa sakit,kemudian lawan
13
PNF
Untuk meregangkan otot vastus medialis,rectus vemoris,hamstring
Tekan salah satu kaki ke atas kemudian tekankan satunya lagi ke bawah
14
PNF
Untuk meregangkan otot hamstring
Luruskan kaki tahan dengan bahu kemudian dorong ke depan setelah terasa sakit lawan secara perlahan
15
PNF
Untuk melatih otot adductor,hip
Lebarkan kaki pelaku ke sisi dan menahan regangan.lawan saat terasa sakit secara pelahan
16
PNF
Untuk melatih otot hamstring
Dorongdanletakantangan di lantai dengan lengan diperpanjang untuk mengontrol resistensi. Ulangi dengan kaki yang berlawanan.
17
PNF
Untuk melatih otot piriformis,quadratus femoris
Dorong berat badan di atas kaki sambil mendorong ke bawah pada sisi lutut. Tahan peregangan. Ulangi dengan kaki dalam posisi yang berlawanan.
18
PNF
Untuk meregangkan atau melatih oto glutus maksimus
Dorong kaki dengan condong ke arah depanUlangi dengan kaki yang berlawanan.
29
PNF
Untuk melatih otot piriformis,quadratus femoris
Dorong tubuh pelaku terhadap kaki. Tahan peregangan. Ulangi dengan kaki dalam posisi yang berlawanan
20
PNF
Untuk melatih otot gluteus medius,gluteus minimus,oblingues
Dorong lutut pelaku ke sisi berlawanan, sedangkan dukungan bahu pelaku turun. Tahan peregangan. Ulangi dengan sisi yang berlawanan.
1. Hip Flexor/Quad Stretch
· Meregangkan otot pinggul, quads, dan hamstrings
Berlutut di lantai dengan posisi kedua lutut ditekuk, tulang kering menyentuh lantai. Ayunkan kaki kanan ke depan agar posisi lutut kanan kini menekuk 90 derajat di depan Anda, telapak kaki kanan mantap menjejak lantai persis sejajar di bawah lutut kanan, dan kaki kiri masih menekuk mendatar menempel lantai, sejajar dengan kaki kanan Anda. Taruh kedua tangan di atas lutut kanan dan tekan pinggul ke depan, bersandar untuk meregangkan sambil menjaga tubuh atas tetap tegak. Tahan selama 30 detik, lepaskan Ulangi sebanyak tiga kali repetisi, kemudian ganti kaki dan ulangi dari awal.
2. Bridge with Leg Reach
· Meregangkan otot dada, perut, pinggul, glutes, dan kaki
Berbaring telentang, tekuk lutut hingga 90 derajat dengan posisi telapak kaki mantap mendatar menjejak lantai, dan letakkan kedua tangan lurus di samping tubuh. Angkat dan panjangkan kaki kanan di depan Anda, kemudian perlahan angkat pinggul ke atas sampai Anda membentuk garis diagonal dari lutut kanan hingga bahu kanan, sambil menekan punggung atas menempel di lantai dan mendorong dada ke atas. Angkat kaki kanan semakin tinggi, kemudian turunkan. Lakukan 10 kali repetisi, dan tahan repetisi terakhir selama 10 detik. Ganti kaki dan ulangi.
3. Seated Trunk Twist
· Meregangkan otot punggung, perut, dan oblique
Duduk tegap di lantai, tegangkan otot perut, dan posisikan kedua kaki rapat memanjang di depan tubuh Anda. Putar tulang rusuk ke arah kanan, jaga agar posisi hidung sejajar dengan tulang dada dan otot perut masih berkontraksi. Angkat tulang rusuk menjauh dari pinggul untuk memutarnya lebih jauh ke kanan, sehingga posisi tubuh atas tampak semakin tinggi, putar sejauh mungkin yang Anda bisa. Kembali ke tengah; ulangi putar badan ke sisi kiri untuk menyelesaikan satu set. Ulangi 10 sset, sambil menahan putaran tubuh terakhir selama 30 detik untuk masing-masing sisi
4. Foldover Stretch
· Meregangkan otot leher, punggung, glutes, hamstring, dan betis
Berdiri tegap dengan kedua kaki selebar pinggul, lutut sedikit menekuk, kedua tangan di sisi tubuh. Buang napas saat Anda membungkuk ke depan dari pinggul, sambil menjaga kepala, leher, dan bahu dalam keadaan santai. Lilitkan kedua tangan di belakang betis dan tahan selama yang Anda bisa dari 45 detik hingga 2 menit. Tekuk lutut dan perlahan luruskan kembali.
5. Butterfly Stretch
· Meregangkan otot leher, punggung, glutes, hamstrings, paha
Duduk tegap di lantai dengan posisi kaki menekuk ke dalam dari lutut, seperti hendak bersila, satukan kedua telapak kaki (posisi kedua lutut mencuat ke luar tubuh). Genggam kedua telapak kaki dengan tangan Anda, tegangkan otot perut, dan perlahan majukan tubuh atas ke depan mengarah ke kedua telapak kaki, sejauh yang Anda bisa. Tahan selama 45 detik sampai 2 menit, lepaskan jika Anda merasa tidak sanggup lagi.
6. Lower Back dan glutes
· Meregangkan otot punggung atas, bawah, dan glutes
Berbaring telentang, tekuk lutut hingga 90 derajat dengan posisi telapak kaki mantap mendatar menjejak lantai. Letakkan kedua tangan di belakang paha dan tarik kedua kaki masuk ke arah dada. Terus tarik sampai Anda dapat merasakan sedikit perlawanan. Tahan selama 30 detik. Kembali ke posisi awal
Masih berbaring, luruskan kedua kaki ke depan. Tekuk satu kaki dan dorong tumit ke arah bokong. Raih pergelangan kaki Anda dengan satu tangan dan lutut dengan tangan yang lain. Perlahan tarik kaki Anda diagonal mengarah bahu yang berlawanan, sampai Anda merasa sedikit perlawanan. Tahan selama 30 detik, kembali ke posisi awal. Ganti kaki dan ulangi.
7. Swan Stretch
· Meregangkan otot bahu, punggung, dada, abs, oblique, hip flexor
Berbaring tengkurap dengan kedua tangan di depan bahu, jari-jari tangan menghadap ke depan, kedua kaki lurus sedikit berjarak di belakang Anda. Sambil menegangkan otot perut, lemaskan bahu, dan panggul menempel di lantai, angkat tubuh bagian atas memanjang dan menjauh dari lantai — meraih langit dari puncak kepala Anda. Tarik kedua tulang belikat untuk membuka dada. Tahan selama 30-45 detik, lepaskan. Ulangi sebanyak lima kali.
8. Reclining Pigeon
· Meregangkan otot punggung bawah, pinggul, glutes, dan hamstrings
Berbaring telentang dengan kedua lutut menekuk. Tegangkan kaki kanan dan silangkan di atas paha kiri, kaitkan kedua tangan di belakang paha kiri, dan angkat kaki kiri ke atas sambil menjaga punggung dan bahu tetap menempel di lantai. Perlahan, tarik kaki kanan mengarah dada sampai Anda merasakan sedikit tegangan; tahan sekitar 45 detik sampai 2 menit, selama yang Anda bisa. Lepaskan perlahan mulai dari punggung bawah,. Kemudian tukar kaki, dan ulangi.
9. Standing Thigh Release
· Meregangkan otot punggung, perut, pinggul, glutes, dan quads
Berdiri tegap dengan otot perut menegang, kedua tangan di sisi tubuh. Ayunkan kaki kanan ke belakang dang genggam telapak kaki kanan dengan tangan kanan Anda (posisi tumit mengarah ke bokong). Angkat tangan kiri lurus di atas kepala (atau tempatkan di kursi) untuk menjaga keseimbangan tubuh. Tekan kaki kanan ke dalam tangan untuk meningkatkan tegangan di sepanjang paha depan. Tahan posisi selama 1 menit, lepaskan, kemudian ganti kaki dan ulangi.
10. Yoga
Yoga adalah tehnik meditasi dan latihan yang berasal dari India yang sudah terbukti bisa meredakan stres dan kecemasan (termasuk mengurangi berat badan) yang juga sangat baik untuk meningkatkan keseimbangan dan kelenturan.
11. Pilates
Pilates adalah kumpulan dari gerakan dan latihan. Kadang-kadang latihan ini bisa menggunakan alat bantu seperti bola, beban dan tali penahan. Latihan ini sangat baik untuk meningkatkan keseimbangan dan kelenturan.
Berdasarkan prosedur tes :
Beberapa prosedur tes untuk mengukur fleksibilitas. Secara umum, prosedur tes dibagi ke dalam teknik langsung dan teknik tidak langsung.
A. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung biasanya melibatkan pengukuran jarak linear antara segmen-segmen tubuh atau dari external objek. Teknik yang paling populer adalah tes-tes berdiri dan duduk menyentuh jari-jari kaki (Cureton, 1941; Kraus and Hirshland, 1954; Wells and Dillan, 1952, dan Fleishman, 1963). Ketiga teknik tersebut akan diperkenalkan sebagai contoh :
· Cureton’s Test untuk level minimal dari fleksibilitas.
1. Menyentuh lantai. Seseorang berdiri dengan kedua tangan disamping , kemudian secara perlahan membungkuk ke depan dan menyentuh lantai dengan ujung jari tangan sementara mempertahankan kedua knee tetap lurus.
Dikatakan lulus, laki-laki jika ujung jari tangan menyentuh lantai, dan wanita jika palmar tangan menyentuh lantai.
1. Trunk membungkuk ke depan. Seseorang duduk diatas meja/bed, kedua tungkai lurus, dan bengkokkan badan ke depan sejauh mungkin. Jarak antara dahi dengan meja/bed diukur.
2. Extensi trunk. Seseorang tidur tengkurap diatas meja/bed dengan kedua kaki rapat diatas meja/bed, kemudia angkat kepala dan dada sejauh mungkin. Jarak dari dahi ke meja/bed diukur.
3.
· Kraus-Weber Floor Touch Test
Tes ini didesain untuk mengukur panjang otot punggung dan hamstring. Seseorang berdiri tanpa sepatu atau menggunakan kaos kaki, kedua tangan disamping tubuh, kedua knee lurus, kemudian secara perlahan membungkuk ke depan untuk menyentuh lantai dan pertahankan selama 3 detik tanpa pantulan. Lulus atau gagal.
· Wells dan Dillian Test :
Tes-tes berikut ini dibandingkan sebagai metode pengukuran fleksibilitas tungkai dan punggung.
1. Standing bobbing. Seseorang berdiri diatas bench gymnasium dengan kedua lengan dan tungkai relax ke depan. Kemudian lakukan gerak turun naik sebanyak 4 kali dan pertahankan posisi maksimum stretch. Pengukuran diambil dari bench ke ujung jari tangan; diatas bench berarti negatif, dibawah bench berarti positif.
2. Sit and reachTest ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas punggung bawah dan hamstring dan memonitor perkembangan fleksibilitas punggung bawah dan hamstring atlit. Untuk melakukan tes ini, maka diperlukan alat berupa bench atau meja sit and reach yang dilengkapi dengan penggaris atau skala, dan seorang asisten. Langkah-langkah pengukuran adalah:
Atlit duduk diatas lantai tanpa sepatu dan kaos kaki, kaki rapat dengan alat tersebut dan kedua tungkai lurus.
Atlit diminta untuk mencapai (bergerak) ke depan dan mendorong kedua jari tangan disepanjang alat sejauh mungkin.
Jarak dari ujung jari tangan ke tepi alat merupakan skore fleksibilitasnya.
Alat tersebut memiliki serambi dengan panjang 15 cm, sehingga atlit yang mencapai angka 10 maka skorenya adalah 15 + 10 = 25 cm.
Tes ini sebaiknya diulang sampai 3 kali, dimana skore terbaik dicatat.
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat tabel yang berkaitan dengan hasil level fitness yang potensial dan memiliki korelasi yang tinggi.
Tabel Sit and Reach untuk usia 16 – 19 tahun
Gender
Excellent
Above average
Average
Below average
Poor
Male
>14
11 – 14
7 – 10
4 – 6
<4
Female
>15
12 – 15
7 – 11
4 – 6
<4
Tabel Sit and Reach untuk usia 20 tahun keatas
Jenis Kelamin
Sgt Baik
Baik
Sedang
Kurang
Sgt Kurang
Laki-laki
> 28cm
24-28cm
20-23cm
17-19cm
<17cm
Perempuan
>35cm
32-35cm
30-31cm
25-29cm
<25cm
B. Langsung
Goniometer seringkali digunakan untuk mengukur ROM sendi dalam derajat. Pusat goniometer diposisikan pada axis rotasi sendi, dan kedua lengan goniometer dalam posisi alignment dengan axis longitudinal tulang pada segmen yang berdekatan.
VI. Kontraindikasi Latihan
- fraktur
- keseleo atau dislokasi sendi
- peradangan akut atau eksaserbasi penyakit sendi
V. Hal yang harus diperhatikan sebelum Exercise
-Pemanasan otot sebelum latihan (jogging, bersepeda, lompat tali, berjalan )
-Hindari menyentak dan gerakan tiba-tiba.
-Latihan dilakukan dengan lancar, menyesuaikan beban pada keadaan tubuh.Seiring waktu.Ketika tubuh menjadi lebih fleksibel, beban meningkat.
-Teratur
-ketika latihan peregangan harus segera berhenti Jika ada rasa sakit
-Pada saat melakukan peregangan, jangan memaksakan diri misalnya dengan mengayun-ayunkan tubuh Anda mundur dan maju agar bisa menyentuh jari kaki Anda.
-Ingatlah untuk selalu menarik dan mengeluarkan nafas yang panjang secara perlahan-lahan agar otot-otot Anda tidak tegang pada saat Anda melakukan peregangan.
· - Biasakan untuk melakukan pemanasan dan pendinginan meskipun Anda belum selesai berolah raga. -Otot Anda akan menjadi lebih lentur setelah pemanasan dan risiko cedera lebih kecil. Contoh pemanasan yang paling mudah adalah dengan memutar sendi-sendi di tubuh Anda (misalnya memutar sendi bahu).
· Selalu berusaha untuk melakukan latihan secara rutin.
· -Tahan setiap pose peregangan selama 45 detik sampai satu menit agar Anda bisa benar-benar memperoleh kemajuan.
· -Setiap jenis olah raga membutuhkan latihan peregangan yang berbeda.
· -Jangan melakukan peregangan secara berlebihan. Latihan ini bisa Anda lakukan 2-3 kali dalam sehari dengan jarak waktu 2-4 jam dari latihan sebelumnya.
· -Pada saat melakukan Gerakan Satu Kaki Melangkah ke Depan, Anda harus menjaga agar kaki yang -Anda langkahkan menekuk ke depan dan kaki yang lurus ke belakang, keduanya berada dalam posisi sejajar setelah Anda melangkahkan satu kaki ke depan.
Gait Analysis
A. Definisi
Gait Analysis
Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik, ketitik berikutnya dengan cara menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses berlangsung). Pola repetisi daripada penumpuan berat badan dari satu tungkai ketungkai yang lain.
Dalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase mengayun ( swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai.
Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).
Komponen-komponen penting dalam berjalan normal :
1. Initial Contact/Heel Strike (HO)
Awal dari cara siklus berjalan :
Sesaat kaki mengenai landasan, angkle berada dalam posisi normal, dan lutut dalam keadaan tertutup atau kaki lurus. Heal Strike (calcaneous) merupakan tulang pertama yang menyentuh landasan,
2. Loading Response (Foot Flat)
Melakukan kontak sepenuhnya dengan landasan dan dalam keadaan rata (foot flat/FF) dengan landasan (lihat kaki warna merah)
3. Midstance
Dimulai pada saat heel sesaat sebelum meninggalkan landasan sehingga kaki berada sejajar dengan kaki bawah bagian depan.
4. Terminal Stance (Heel Off)
Fase terminal stance pada saat heel kaki kanan (merah) meninggi (mulai meniggalkan landasan) dan dilanjutkan sampai dengan heel dari kaki biru mulai mengenai landasan,
5. Pre-Swing (Toe-Off)
Fase pre-swing dimulai dengan fase initial contact (heel strike) oleh kaki kiri (biru), dan kaki kanan (merah) berada posisi meninggalkan landasan untuk melakukan periode mengayun (toe-off)
6. Initial Swing (Acceleration)
Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan (merah) mulai diangkat dari posisi landasan
7. Mid-Swing
Fase mid-swing yang dimulai pada akhir initial swing dan dilanjutkan sampai kaki merah mengayun maju berada di depan anggota badan sebelum mengenai landasan.
8. Terminal Swing (Decceleration)
Fase terminal swing merupakan akhir dari gait cycle, terjadi pada periode waktu siklus dimana tungkai kaki mengalami perpanjangan maksimum dan berhenti pada saat heel telapak kaki kanan (merah) mulai mengenai landasan. Pada periode ini, posisi kaki kanan (merah) berada kembali berada depan anggota badan, seperti pada posisi awal gait cycle
Ada bebrapa istilah dalam pola jalan:
Stride legth :
Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang dewasa pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.
Stride duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.
Step length :
Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.
Step duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel strike kaki yang lain.
Cadence :
Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116 permenit.
B. Perbedaan gerak dari setiap fase :
1. Stance phase (fase menapak)
· Ekstensi sendi panggul (hip)
· Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan truk
· Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off
2. Swing phase (fase mengayun)
· Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip
· Lateral pelvic tilting kearah bawah pada saat toe off
· Fleksi hipRotasi pelvic ke depan saat tungkai terayun
· Ekstensi lutut dan dorsalfleksi ankle dengan cepat sesaat sebelum heel strike
C. Otot yang berperan pada saat stabilisasi dan mobilisasi
v Stance Phase
1. Heel strike
Stabilisasi : hamstring,
Mobilisasi : m. gluteus maximus, m. tibialis anterior, posterior capsule, quadriceps
2. Footflat
Stabilisasi : m. tibialis anterior
Mobilisasi : m.quadriceps femoris, m. tibialis posterior,m. gastrocnemius, gluteus medius
3. Midstance
Stabilisasi : m. Quadriceps, m. gluteus medius
Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, Fleksor digitorum longus, dan Hallucis Longus
4. Heel-off
Stabilisasi :
Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, tensor fascia latae
5. Toe-off
Stabilisasi : m. rectus femoris, plantar flexor,
Mobilisasi : m. soleus dan tibialis posterior, m. quadrieps,
v Swing Phase
6. Acceleration
Stabilisasi : m. tibialis posterior
Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring
7. Mid swing
Stabilisasi : m. tibialis posterior,
Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring
8. Decelaration
Stabilisasi : m. tibialis posterior, m.gluteus maximus
Mobilisasi : m. tibialis anterior, hamstring, m. quadriceps femoris
D. Gaya Berjalan Patologis
Gaya berjalan akan berubah apabila salah satu sistem yang mendukungnya mengalami gangguan. Patofisiologi secara umum adalah :
– Gangguan penglihatan, apabila mata seseorang ditutup atau kehilangan penglihatannya, orang tersebut akan berjalan dengan langkah yang pendek, tangan dalam posisi ke depan atau fleksi(untuk mencegah tabrakan), goyangan tubuh berkurang, serta terjadi sedikit kekakuan
– Vestibulopati, fase berjalan tidak menetap dan kehilangan keseimbangan. Orang yang mengalami vestibulopati tidak dapat berlari atau mengubah arah jalannya tiba-tiba. Pasien gangguan ini dapat didiagnosis dengan tes fungsi labirin(caloric and rotational testing, electronystagmography, and posture platform testing). Penyebab vestibulopati yang sering adalah akibat obat dan zat toksik, serta penuaan.
– Hilangnya deteksi propioseptif, pasien dengan kelainan ini berjalan dengan tangan sedikit ke depan, badan bungkuk, rentang kaki lebar dan irregular, langkah tidak sama, dan terjadi goyangan pada tubuh. Apabila tubuh dimiringkan maka badan pasien akan jatuh dan tidak dapat bangun sendiri. Selain itu juga ditemukan Romberg sign, yaitu ketika pasien menutup mata maka badannya langsung jatuh.
Berikut ini adalah beberapa jenis kelainan gaya berjalan :
1. Gait Hemiplegia
Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena, lengan tertekuk, adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan fleksi. Ketika berjalan, pasien akan mengunci lengannya ke satu sisi dan menyeret kaki yang terkena dengan bentuk setengah lingkaran (circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan otot-otot distal (drop foot) dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah. Hal ini paling sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan yang tampak mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit circumduction.
2. Gait Diplegia
Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana kelenturan ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan basis langkah yang sempit, menyeret kedua kaki dan akan menggesek jari-jari kakinya saat melangkah. Gait ini terlihat pada lesi periventrikel bilateral, seperti yang terlihat pada cerebral palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot adduktor panggul yang dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati garis tengah yang sering disebut juga sebagai gait menggunting (scissors gait).
Di negara dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan cerebral palsy dapat menjalani operasi untuk merilis otot adduktor panggul sehingga meminimalkan efek menggunting
3. Gait Neuropatik
Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan dorsofleksi kaki), penyebab gait ini adalah karena upaya untuk mengangkat kaki lebih tinggi selama berjalan sehingga kaki tidak menyeret di lantai. Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya termasuk kelumpuhan saraf peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara bilateral, penyebabnya termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit Charcot-Marie-Tooth dan neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak terkontrol.
4. Gait Miopati (Gait Waddling)
Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat panggul saat berjalan. Jika pasien memiliki kelemahan pada satu sisi, hal ini akan menyebabkan penurunan panggul pada sisi kontralateral panggul saat berjalan (Trendelenburg sign). Dengan kelemahan bilateral, pasien akan mengalami panggul yang jatuh di kedua sisi selama berjalan. Gait ini terlihat pada pasien dengan miopati, seperti distrofi otot.
5. Gait Parkinsonian
Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia akan membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi jari-jari biasanya dalam keadaaan ekstensi. Pasien berjalan agak lambat dengan langkah-langkah kecil dikenal dengan sebutan marche a petit pas (berjalan dengan langkah-langkah kecil). Pasien juga mungkin mengalami kesulitan untuk memulai langkah. Pasien menunjukkan kecenderungan tanpa sadar untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai festination. Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
6. Gait Choreiform
Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk Sydenham chorea, Penyakit Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis ataudystonia. Pasien akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua ekstremitas, tidak teratur dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan gangguan gerakan dasar itu.
7. Gait Ataxia (Serebelar)
Gait ini paling sering terlihat pada penyakit serebelar, gait ini digambarkan sebagai gait yang kikuk, gerakan tiba-tiba dengan basis langkah yang lebar. Saat berdiri diam, tubuh pasien akan mengayun bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal sebagai titubation. Pasien tidak akan dapat melangkah dari tumit sampai ujung kaki dalam garis lurus. Gait pada intoksikasi alkohol akut akan menyerupai gait penyakit cerebellar.
8. Gait Sensorik
Gait sensorik terjadi ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam upaya untuk mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien akan membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini akan mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka (misalnya dalam keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang disebut sebagai gaya berjalan menghentak karena pasien dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk menghentak tanah dengan keras. Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau tabes dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat menyebabkan ataksia yang menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.
Capsular Pattern (Pola Capsuler)
Capsular Pattern
A. DEFINISI
Capsular Pattern atau Pola
kapsuler adalah hal yang membatasi dalam serangkaian gerakan bersama,
keterbatasan proporsional dari tiga gerakan scapulohumeral pasif. Ini terdiri
dari tingkat tertentu keterbatasan penculikan, lebih keterbatasan rotasi
eksternal dan keterbatasan kurang rotasi internal. Satu-satunya tempat itu
terjadi dalam adalah sendi sinovial yang dikendalikan oleh otot. Ini tidak
terjadi pada sendi sinovial yang dikendalikan oleh ligamen. Sebuah contoh utama
dari pola kapsuler adalah rentang ditemukan pada sendi glenohumeral, yang
memiliki fleksi dan rotasi eksternal.
B. BENTUK PERMUKAAN SENDI
Sebuah persendian dibentuk oleh dua tau lebih
tulang. Bentuk permukaan tulang pembentuk persendian ada yang berupa Konkaf ( cekung ) dan Konvek ( cembung ).
• Hukum Konkaf-Konvek :
1. Bila Konvek ( cembung ) bergerak terhadap Konkaf ( cekung ), maka arah Rolling berlawanan dengan arah Sliding.
2. Bila Konkaf ( cekung ) bergerak terhadap Konvek ( cembung ), maka Rollingsearah dengan Sliding.
C. POSISI SENDI
Posisi sendi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. MAXIMAL LOOSE PACKED
POSISION.
• Keadaan sendi paling kendor.
• Keadaan ligament paling kendor.
• Contohnya : fleksi siku kurang lebih 70 derajat.
2. CLOSE PACKED POSISION.
• Keadaan dimana ruang sendi paling rapat.
• Pada posisi ini tidak boleh diberikan terapi manipulasi, karena dapat merusak
sendi.
• Contohnya : siku ekstensi maksimal.
3. LOOSEPACKED POSISION.
• Posisisendi selain poin 1 dan 2.
• Contohnya : posisi siku tidak ekstensi maksimal dan tidak fleksi kurang lebih
70 derajat.
D. POLA KEKAKUAN SENDI
Ada dua pola kekakuan yang bisa dialami oleh sebuah sendi, yaitu :
1. POLA KAPSULER.
• Suatu kekakuan sendi akibat mengkerutnya kapsul sendi secara total.
• Ciri-cirinya ialah :
1) Gerak fleksi lebih terbatas daripada ekstensi.
2) Di akhir gerakan ( end
feel ) terasa keras seperti
membentur sesuatu.
2. POLA NON-KAPSULER.
• Suatu kekakuan sendi akibat pemendekan otot, penebalan kulit atau benda asing
dalam sendi.
• Ciri-cirinya ialah :
1) Gerak ekstensi lebih terbatas daripada fleksi.
2) Di akhir gerakan ( end
feel ) terasa lunak.
Healing Proses Pada Jaringan Lunak
Pemulihan Tulang |
A. BONE
HEALING
Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur
karena kecelakaan, akan mengalami proses penyembuhan/Reparasi dari system
musculoskeletal untuk mengembalikan integritas skeletalnya. Yang bertanggung
terhadap fraktur healing adalah Debridement,Stabilisasi, dan Remodeling. tulang
dapat mengalami proses penyembuhan dengan tahap sebagai berikut :
1. Fase inflamasi - Hematoma
Fase ini terjadi segera setelah tulang mengalami fraktur
dan akan berakhir dalam beberapa hari. Ketika terjadi fraktur, terjadi
perdarahan yang akan memicu reaksi inflamasi yangditandai dengan hangat dan
pembengkakan. Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam. Inflamasi meliputi
1)pemanggilan sel inflamasi (makrofag, PMN) yang mensekresikan enzim lisosom
untuk mencerna jaringan mati dan memanggil sel pluripoiten serta fibroblast
oleh mekanisme prostaglandin dan 2) pembekuan darah di lokasi fraktur yang
bernama Hematoma. Suplai oksigen dan nutrisi diperoleh dari tulang dan otot
yang tidak terluka. Hal ini diperlukan untuk stabilisasi struktural awal dan
sebagai fondasi untuk membentuk tulang baru. Fase ini merupakan fase paling
kritis. Penggunaan obat antiinflamasi dan sitotoksik pada satu minggu awal akan
mengganggu reaksi inflamasi dan menghambat penyembuhan tulang. Kelainan
medikasi juga dapat mengganggu fase ini.
2. Fase perbaikan (bone production)
Fase ini diawali ketika jaringan bekuan darah hasil
inflamasi digantikan dengan perlahan dengan jaringan fibrosa yang mensekresikan
bahan osteoid yang perlahan termineralisasi dan juga bahan tulang rawan yang
dinamakan “soft callus”. Pembentukan “soft callus” ini berlangsung kira-kira
4-6 minggu. Pada fase ini juga terdapat pembentukan pembuluh darah baru
dan dihambat oleh nikotin. Selama proses penyembuhan, “soft callus” akan
digantikan dengan “hard callus” yang berisi tulang lamellar yang mana dapat
dilihat dengan sinar X. Fase pembentukan “hard callus” memerlukan waktu 3
bulan, dan fiksasi diperlukan untuk mendukung dan mempercepat osifikasi.
3. Konsolidasi : kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. fraktur teraba
telah menyatu. Secara bertahap menjadi tulang mature. Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan.
4. Fase remodelling
Tahap akhir ini memakan waktu
beberapa bulan dan diperankan oleh osteoklas. Dalam fase ini,
Kalus yang berlebihan di sekitar fragmen-fragmen
tersebut menghilang sehingga terbentuk tulang normal atau mendekati bentuk
normal. Dan juga aliran darah di area juga kembali. Ketika remodeling
sudah adekuat (kekuatan tulang akan diperoleh kira-kira 3-6 bulan), weightbearing seperti berjalan dapat mendukung remodeling lebih lanjut.
SKEMA
BONE HEALING
1. Pembentukan
hematoma pada fraktur
Banyak pembuluh darah yang rusak (tissue
damage) karena fraktur
↓
Banyak sel-sel tulang yang mati atau cellular
debris
↓
Swelling dan inflamasi
↓
Blood clot pada daerah yang fraktur
(terbentuk 6-8 jam setelah injury)
↓
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
2. Pembentukan
kalus fibrokartilago
Infiltrasi dari kapiler-kapiler darah
yang baru ke dalam fracture hematoma
↓
Membantu mengaktifkan pertumbuhan
jaringan ikat Procallus
↓
Invasi pada procallus oleh fibroblast
(menghasilkan collagen fiber menyambung tulang yang patah) dan osteogenic cell
(berkembang dalam chondroblast dalam daerah avascular pada jaringan tulang
yang sehat, asal terbentuknya fibrocartilage)
↓
Procallus dirubah menjadi
fibrocartilaginous callus pada daerah yang fracture (waktu 3 minggu)
3. Pembentukan
kalus tulang
Vascularisasi yang rusak sudah
tertutup dengan baik pada jaringan tulang
sehat
↓
Osteogenic
cell berkembang menjadi osteoblast
↓
Terbentuk
spongy bone trabeculae
↓
Bony callus (3-4 bulan)
4. Remodeling
Bagian-bagian
atau jaringan yang mati dari fragment-fragment tulang secara berangsur-angsurdiresorpsi oleh osteoclast
↓
Spongy bone à dirubah menjadi
compact bone pada daerah yang fracture
↓
Replace secondary bone
WAKTU YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYEMBUHAN-PROGNOSIS
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang
sangat bergantung pada lokasi fraktur juga umur pasien. Rata-rata masa
penyembuhan fraktur:
Lokasi Fraktur
|
Masa Penyembuhan
|
Lokasi Fraktur
|
Masa Penyembuhan
|
1.
Pergelangan tangan
|
3-4 minggu
|
7. Kaki
|
3-4 minggu
|
2.
Fibula
|
4-6 minggu
|
8.
Metatarsal
|
5-6 minggu
|
3. Tibia
|
4-6 minggu
|
9.
Metakarpal
|
3-4 minggu
|
4.
Pergelangan kaki
|
5-8 minggu
|
10. Hairline
|
2-4 minggu
|
5.
Tulang rusuk
|
4-5 minggu
|
11. Jari
tangan
|
2-3 minggu
|
6. Jones fracture
|
3-5 minggu
|
12. Jari
kaki
|
2-4 minggu
|
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa
(4-6 minggu), lansia (> 8 minggu)
B. Healing Otot
Otot tidak dapat
regenerasi. Tapi faal otot tidak berkurang adanya hipertrofi, sebagai
kompensasi jaringan otot sisa. Karena sifat ini luka pada otot harus dijahit
yang baik.
Serat otot yang telah matur kehilangan kemampuannya untuk melakukan pembelahan sel, sehingga reaksi yang terjadi saat otot mengalami kelainan maupun cedera terbatas pada: atrofi, hipertrofi, nekrosis, kontraktur, dan regenerasi. Ketika terjadi cedera, otot rangka memiliki mekanisme pemulihan yang diperantarai oleh sel punca khusus yaitu sel satelit. Adapun tahapan regenerasinya antara lain: inflamasi, aktivasi dan diferensiasi sel satelit, dan maturasi.
Serat otot yang telah matur kehilangan kemampuannya untuk melakukan pembelahan sel, sehingga reaksi yang terjadi saat otot mengalami kelainan maupun cedera terbatas pada: atrofi, hipertrofi, nekrosis, kontraktur, dan regenerasi. Ketika terjadi cedera, otot rangka memiliki mekanisme pemulihan yang diperantarai oleh sel punca khusus yaitu sel satelit. Adapun tahapan regenerasinya antara lain: inflamasi, aktivasi dan diferensiasi sel satelit, dan maturasi.
1.
Inflamasi ; Dalam fase ini, makrofag
bersama dengan neutrofil menjalankan fungsinya sebagai fagosit yang memakan
debris nekrotik. Namun ternyata, makrofag juga dapat menginisiasi regenerasi
otot dengan ekspresi CD163+ antiinflamasi.
2.
Aktivasi dan diferensiasi sel
satelit: Sel satelit merupakan sel punca khusus yang terletak di basal lamina
serat otot yang bertanggung jawab untuk regenerasi otot. Ia mampu
berproliferasi dan menyatu dengan serat otot sehingga bertanggung jawab pula
dalam kompensiasi hipertrofi. Penelitian eksperimental yang dilakukan dengan
mencangkokkan satu miofibril beserta dengan sel satelitnya, dapat menghasilkan
lebih dari 100 miofibril baru dengan ribuan inti. Sekitar dua hari setelah
cedera terjadi, sel satelit mengalami proliferasi yang dipacu oleh berbagai
sinyal, Proliferasi ini menghasilkan dua jenis sel yaitu sel punca baru yang
belum berdiferensiasi, dan prekursor miogenik yang akan menjadi serat otot.
Untuk menjadi serat otot yang fungsional, terjadi berbagai proses ekspresi gen
yang sangat kompleks dan harus tepat pada waktunya.
3.
Maturasi : Fase ini merupakan
penutup dari regenerasi otot. Apabila berlangsung dengan baik maka otot akan
dapat berfungsi normal kembali.
Adapun faktor krusial yang mempengaruhi regenerasi otot adalah kondisi dari basal lamina serat otot di mana terdapat sel satelit. Jika basal lamina masih utuh, sel satelit dan miotube dapat berproliferasi dan menyatu untuk membentuk serat otot normal dalam waktu yang singkat.
Adapun faktor krusial yang mempengaruhi regenerasi otot adalah kondisi dari basal lamina serat otot di mana terdapat sel satelit. Jika basal lamina masih utuh, sel satelit dan miotube dapat berproliferasi dan menyatu untuk membentuk serat otot normal dalam waktu yang singkat.
C. Healing Ligament
D.
Healing
Tendon
Tendon yang putus tak
akan dapat berfungsi lagi. Agar tetap berfungsi perlu disambung kembali dengan teknik
khusus.
Penyembuhan
tendon alami masih dalam perdebatan, yakni :
·
Ekstrinsik : Teori terbaru
mengatakan bahwa selaput fibroblast bertanggung jawab terhaap adhesi
peritendinosa, dan tendon menyembuh dengan cara ini.
·
Intrinsik : Tendon terendam dalam cairan
sinovial ditemukan sembuh secara memuaskan. Kebutuhan akan kolagen didapat dari
tenosit.
Proses
Penyembuhan pada Rekonstruksi Tendon
·
Fase inflamasi:
Setelah penjahitan tendon, respon inflamasi merangsang pembentukan jaring
fibrin dan migrasi makrofag serta sel inflamasi lainnya ke lokasi perbaikan.
Sel-sel ini kemudian melepaskan faktor pertumbuhan dan faktor kemotaktik. Dalam
2 cm sekitar perbaikan, sel-sel dalam epitenon berproliferasi dan bermigrasi ke
lokasi perbaikan. Regangan pada fase ini sama dengan regangan pada
rekonstruksi.Fase inflamasi berlangsung 0 – 14 hari.
·
Fase reparasi:
berlangsung sekitar 28 hari (minggu ke 2 – 6) setelah fase inflamasi. Fase ini
ditandai secara primer oleh pembentukan kolagen terus menerus, yang membentuk
pembungkus dinamis pada tempat perbaikan. Neovaskularisasi terjadi dari sumber
intrinsik dan ekstrinsik.
·
Fase remodelling
: yang ditandai oleh remodelling kolagen dan penurunan kecepatan proliferasi
sel. Peningkatan regangan tendon dilaporkan konsisten dengan struktur kolagen
fibrin remodelling dan revaskularisasi. Fase ini berlangsung setelah minggu
ke-6.
E.
Healing Kulit
Terdapat dua jenis pemulihan kulit berdasarkan kedalaman
kerusakan yang terjadi. Apabila kerusakan berada di level epidermis seperti
misalnya terjadi abrasi atau luka bakar minor, maka sel basal dari lapisan
epidermis akan berproliferasi untuk menutup luka tersebut. Penyembuhan luka
yang sampai ke level dermis membutuhkan proses yang lebih kompleks. Di samping
itu, kemungkinan munculnya jaringan parut juga lebih besar, sehingga sulit
untuk benar-benar kembali seperti semula. Adapun fase dalam penyembuhan luka
dalam, antara lain: inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi.
·
Inflamasi, merupakan respon yang
pertama terjadi setelah terjadi luka. Pada fase ini, terbentuk bekuan darah
pada luka dan tentunya terjadi inflamasi, berupa vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah. Dengan adanya resepon vaskular tersebut,
sel leukosit fagositik dapat menembus dan memfagosit mikroba yang ada. Di
samping sel leukosit, sel mesenkim yang akan berkembang menjadi fibroblas juga
datang.
·
Migrasi, pada fase ini darah yang
membeku berubah menjadi keropeng dan sel epitel bermigrasi di bawahnya sehingga
menutup luka itu di sebelah dalam keropeng. Selama proses ini juga, fibroblas
yang berasal dari sel mesenkim mulai untuk menghasilkan serat kolagen dan
glikoprotein. Kedua substansi tersebut seringkali disebut sebagai jaringan
parut atau scar. Sementara itu, pembuluh darah yang mengalami kerusakan juga
mulai tumbuh kembali di fase ini.
·
Proliferasi, merupakan kelanjutan
dari fase migrasi. Pada fase ini, pertumbuhan epitel di bawah keropeng dan juga
pembuluh darah berlanjut. Serat kolagen yang diproduksi oleh fibroblas mulai
terdeposisi dengan pola tidak beraturan.
·
Maturasi, adalah fase terakhir di
mana keropeng lepas ketika epidermis telah kembali ke ketebalan normalnya.
Serat kolagen mulai terorganisir, jumlah fibroblas menurun, dan pembuluh darah
kembali normal.
F. Healing fascia
:
Akan mengalami penyembuhan alami yang normal. Luka pada fasia akan mengalami penyembuhan alami yang
normal. Hematom dan eksudasi yang terjadi akan diganti dengan jaringan ikat.
Bila otot tebal, kuat, dan luka robeknya tidak akan sembuh betul dengan atau
tanpa dijahit, mungkin akan tertinggal defek yang mengalami herniasi otot.
G.
Healing
pembuluh darah
Proses penyembuhan luka pada pembuluh darah bergantung pada
besarnya luka, derasnya arus darah yang keluar, dan kemampuan tamponade
jaringan sekitarnya. Pada pembuluh yang luka, serat elastin pada dinding
pembuluh akan mengerut dan otot polosnya berkontraksi. Bila kerutan ini lebih
kuat daripada arus darah yang keluar, luka akan menutup dan perdarahan
berhenti. Bila sempat terbentuk gumpalan darah yang menyumbat luka, permukaan
dalam gumpalan perlahan-lahan akan dilapisi endotel dan mengalami organisasi
menjadi jaringan ikat. Bila hematom sangat besar karena arus darah yang keluar
kuat, bagian tengah akan tetap cair karena turbulensi arus, sedangkan dinding
dalamnya perlahan-lahan akan dilapisi endotel sehingga terjadi aneurisma palsu. Bila
pembuluh sampai putus, ujung potongan akan mengalami retraksi dan kontraksi akibat adanya serat elastin dan otot dinding.
H.
Healing
Jaringan Saraf
Bila saraf putus maka akson distal akan degenerasi. Sel saraf
dipusat dalam 24-48 jam akan tumbuh akson baru kedistal dengan kecepatan
rata-rata 1 mm perhari. Akson dapat tumbuh baik sampai keorgan akhir bila dalam
pertumbuhannya ditemukan selubung myelin yang utuh. Dengan bedah mikro epi dan
perineurium dapat dijahit dengan baik, maka penyambungan saraf yang putus akan
memberi hasil yang baik. Bila
jaringan saraf mengalami trauma, sel saraf yang rusak tidak akan pulih karena
sel saraf tidak bermitosis sehingga tidak memiliki daya regenerasi. Tempat sel
yang rusak akan digantikan oleh jaringan ikat khusus yang terdiri atau sel glia
dan membentuk jaringan yang disebut gliosis.
I.
Healing
Serabut saraf
Trauma pada saraf dapat berupa trauma yang memutus saraf
atau trauma tumpul yang menyebabkan tekanan atau tarikan pada saraf. Penekanan
akan menimbulkan kontusio serabut saraf dengan kerangka yang umumnya masih
utuh, sedangkan tarikan mungkin menyebabkan putusnya serabut kedua ujung
terpisah jauh.
Bila
akson terputus, bagian distal akan mengalami degenerasi Waller karena akson
merupakan perpanjangan sel saraf di ganglion atau di tanduk depan sumsum tulang
belakang. Akson yang putus meninggalkan selubung myelin kosong yang lama
kelamaan kolaps atau terisi fibroblast. Sel saraf dipusat setelah 24 – 48 jam
akan menumbuhkan akson baru ke distal dengan kecepatan kira-kira 1 mm per hari.
Akson ini dapat tumbuh baik sampai ke ujungnya di organ akhir bila dalam
pertumbuhannya menemukan selubung myelin yang utuh. Dalam selubung inilah akson
tumbuh ke distal. Bila dalam pertumbuhannya akson tidak menemukan selubung yang
kosong, pertumbuhannya tidak maju, dan akan membentuk tumor atau gumpalan yang
terdiri atas akson yang tergulung. Ini disebut neuroma. Tentu saja tidak setiap
akson akan menemukan selubung myelin yang masih kosong dan yang sesuai,
terutama kalau saraf tersebut merupakan campuran sensoris dan motoris. Kalau
selubung myelin sudah dimasuki akson yang salah, akson yang benar tidak mungkin
menemukan selubung lagi.
Mengingat
syarat proses penyembuhan jaringan khusus akson ini, lesi tekan dengan kerangka
yang relative lebih utuh memberikan prognosis lebih baik daripada lesi tarik
yang merusak pembuluh darah nutrisi. Melalui bedah mikro, ujung setiap
fasikulus yang terputus dipertemukan, kemudian saraf yang terputus itu
disambung dengan menjahit epi- dan perineuriumnya. Upaya ini memberikan hasil
yang lebih baik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYEMBUHAN
1. Faktor sistemik
·
v Umur: anak-anak lebih cepat sembuh
daripada orang dewasa
·
v Nutrisi: nutrisi yang tidak adekuat akan
enghambat proses penyembuhan
·
v Kesehatan umum: penyakit sistemik
seperti diabetes dapat menghambat penyembuhan
·
v Aterosklerosis: mengurangi penyembuhan
·
v Hormonal: GF mendukung penyembuhan,
kortikosteroid menghambat penyembuhan
·
v Obat: obat antiinflamasi non-steroid
(ibuprofen) mengurangi healing
·
v Rokok : kandungan nikotin pada
rokok menghambat penyembuhan di fase perbaikan
2. Faktor lokal
· Derajat trauma lokal: fraktur yang
kompleks dan merusak jaringan lunak sekitarnya lebih sulit sembuh
· Area tulang yang terkena: bagian
metafisis lebih cepat sembuh daripada bagian diafisis
· Tulang abnoemal (tumor, terkena radiasi,
infeksi) lebih lambat sembuh
· Derajat imobilisasi: pergerakan yang
banyak dapat menghambat penyembuhan,weighbearing dini.
Langganan:
Postingan (Atom)